SBY Batal Hadiri KTT di New York
Sudi: Presiden Berusaha Pangkas Anggaran dan Tidak Pernah PelesirSelasa, 21 September 2010 – 05:23 WIB
Fitra juga mengkritisi rencana pembelian pesawat kepresidenan bertipe 737-800 Boeing Business Jet 2 dengan harga USD 85,4 juta atau Rp 854 miliar yang telah disepakati DPR. Proyek tersebut dianggap suatu ironi di tengah kondisi negara yang masih terbelit utang dan banyaknya rakyat miskin. Terlebih lagi, anggaran yang diajukan terlalu tinggi sehingga ada potensi mark-up. Fitra menyebut seorang yang kaya di India membeli pesawat bertipe sama dengan interior lengkap hanya seharga USD 70 juta.
Terpisah, Ketua Komisi II DPR Chairuman Harahap menegaskan tidak ada yang salah dengan pengadaan pesawat kepresidenan. "Kami memang butuh itu," tutur dia di gedung Senayan kemarin.
Dia juga yakin bahwa pengadaan pesawat tersebut secara alami akan efektif dalam membatasi jumlah peserta rombongan presiden. Sebab, desain interior pesawat kepresidenan akan berbeda dengan pesawat carter, apalagi komersial. Itu bakal berimplikasi terhadap kapasitas kursi penumpang. "Kalau kapasitasnya diubah menjadi eksekutif, paling banyak 20 seat. Rombongan presiden jadi lebih sedikit. Kalau banyak kursi, terus terlihat kosong, semua mau ikut," ucap politikus dari Partai Golkar itu, lantas tersenyum.