SBY Lebih Hebat Bangun Citra
Demokrat Juga Terangkat, Ungguli PDIP dan GolkarSenin, 05 Januari 2009 – 11:52 WIB
Apa yang membuat persepsi masyarakat masih begitu positif terhadap SBY dan Partai Demokrat? ’’Ini efek dari mobilisasi iklan politik Partai Demokrat yang menyosialisasikan program sukses pemerintah, mulai BLT, BOS, PNPM, penurunan BBM, alokasi dana pendidikan di APBN yang mencapai 20 persen, sampai langkah KPK menahan Aulia Pohan – besan SBY– dalam kasus aliran dana BI,’’ beber Saiful.
Di lain sisi, imbuh dia, informasi tandingan yang dikeluarkan PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Hanura belum cukup mendapat kesan positif yang kuat dari publik. ’’Kesimpulan saya, sampai saat ini tidak ada kampanye oposisi yang bisa cukup meyakinkan publik. Artinya, kalau PDIP ingin menang, iklan politiknya masih tidak cukup dengan materi segitu saja,’’ tegasnya.
Survei LSI itu dilakukan terhadap 2.200 responden di seluruh Indonesia dengan margin of error (toleransi kesalahan) plus minus 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sekadar perbandingan, hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) versi Denny J.A. dengan pengumpulan data pada 5–15 Desember 2008 menunjukkan hasil yang berbeda. PDIP unggul dengan 31 persen, lalu diikuti Partai Demokrat (19,3 persen) dan Partai Golkar (11,9 persen).
Terkait dengan merosotnya posisi Partai Golkar, sedangkan partnernya di pemerintahan, yakni Partai Demokrat, justru terus menanjak, Saiful punya pandangan menarik. Dia mengakui, seiring meningkatnya kepuasan publik terhadap kinerja SBY dari 63 persen per Oktober 2008 menjadi 69 persen per Desember 2008, tingkat kepuasan terhadap JK juga naik. Yakni, dari 55 persen per Oktober 2008 menjadi 58 persen per Desember 2008.
Meski begitu, citra positif JK itu tidak mampu berimplikasi terhadap tingkat electoral Partai Golkar yang dipimpinnya. Apa penyebabnya? ’’JK telanjur di frame sebagai pasangan SBY. Di mata masyarakat, JK itu Wapres Partai Demokrat. Jadi, tidak ada hubungan yang kuat antara JK dan Golkar,’’ cetusnya.