SDA Bentuk Tim Khusus Investigasi Kasus Sampang
Selasa, 03 Januari 2012 – 07:25 WIB
Karena itu, sebut SDA, keterlibatan kepala daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat menjadi mutlak ditingkatkan. Cara paling jitu melalui penghormatan terhadap keragaman dan perbedaan dalam berbagai spektrum itu tidak akan bermakna apa-apa kalau seluruh elemen tidak satu komitmen. "Perbedaan ini sudah menjadi fitrah Allah, maka amat naif jika kita tidak melihat dan menerima apa adanya," tegasnya.
Nah, penekanan akan adanya perbedaan ini ke depan yang harus dititikberatkan. Pola pendidikan Agama di sekolah-sekolah juga harus ditekankan. Harus dilihat dan diakui bahwa pendidikan agama di bawah panji Kementerian Agama dan pendidikan di bawah komando Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) punya titik singgung berbeda. Di Kemenag 90 persen pendidikan didukung swasta dan 80 persen negeri. Sedangkan di wilayah Kemendikbud sekitar 90 persen negeri dan 80 persen atas peran serta swasta. "Tapi, yang penting lagi ke depan adalah peningkatan pendidikan Agama di kalangan generasi muda," tandasnya.
Sementara itu, KH Nur Iskandar SQ mengungkap bahwa tidak benar Syiah disebut sesat. Dua kubu merupakan aliran yang masih dalam satu koridor. Jadi, untuk menyelesaikan problem itu kedua belah pihak harus saling silaturrrahmi dan berdialog. "Tidak benar itu dikatakan sesat. Mereka harus berdialog agar persoalan ini tidak berkepanjangan," tukas Pengasuh Pondok Pesantren Assyiddiqiyah Jakarta itu.