Sebelum Membunuh Istri, Sang Suami Sempat Ajak Salat Berjemaah, tapi...
Menurut keterangan para tetangga, Suparman-Vita yang menikah pada 10 September 2014 baru tinggal di rumah itu selama tiga bulan. Sebelumnya, mereka tinggal di Samarinda. Suparman dan Vita dikenal sering bertengkar. Bahkan, Vita sempat meminta cerai. Namun, Suparman mampu membujuknya demi anak mereka yang masih kecil.
Seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya pernah menjadi saksi pertengkaran keduanya. Selain memaki, Suparman melecehkan Vita. "Istrinya pernah dihajar dan ditelanjangi di depan pintu rumah," ucapnya.
Seringnya pertengkaran juga dibenarkan polisi. Kapolsek Sukomanunggal Kompol Yulianto mengatakan, Vita pernah melaporkan suaminya ke kantor polisi pada 12 Mei lalu. "Waktu itu, kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) nya ditangani Polsek Asemrowo," terangnya.
Namun, laporan itu tidak berujung ke meja hijau. Sebab, polisi menawarkan solusi damai. Vita setuju dan Suparman berjanji tidak main tangan lagi.
Yulianto menambahkan, bayi mereka untuk sementara akan dirawat di rumah sakit. Polisi berupaya menghubungi keluarga Vita di Banyuwangi. Setelah ada keluarga yang datang, bayi tersebut akan diserahkan.
Namun, polisi kesulitan menghubungi keluarga Vita. Sebab, Vita ternyata tidak mempunyai handphone. Polisi juga tidak menemukan KTP-nya. Satu-satunya identitas hanya buku nikah. Karena itu, polisi lantas menghubungi nomor-nomor di handphone milik Suparman.
Polisi memastikan pelaku dalam keadaan waras ketika membunuh istrinya. Psikologisnya memang agak terganggu setelah peristiwa itu. Namun, kini kondisi Suparman berangsur pulih. (did/c6/oni)
Luka-Luka di Tubuh Vita