Sedih Banget Lihat Kondisi Sekolah seperti Ini
Menurut Kastan, hati Yulianti langsung tergerak untuk berbagi ilmu kepada anak-anak. Dia pun rela meluangkan waktunya di sela mencari nafkah sebagai penyadap karet.
’’Menyadap karet bisa kapan saja. Berbagi ilmu tidak bisa setiap saat. Saya berharap bisa terus mengajar walau sampai tua,’’ ucap ibu satu anak tersebut kepada wartawan.
Sementara itu, Sarudin, pemilik tanah yang mewakafkan lahannya untuk pembangunan sekolah darurat, menerangkan, di desa itu, hampir semua orang tua tidak bisa membaca dan menulis.
Berangkat dari sana, dia pun tidak berpikir panjang untuk mewakafkan tanahnya saat ada wacana dari warga untuk membangun sekolah.
’’Kami tidak mau masa depan anak-anak kami nanti seperti kami. Masa depan mereka harus cerah,’’ ujarnya.
Senada dengan Sarudin, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Balangan Mandan menuturkan, masyarakat adat Dayak Balangan tersebar di sekitar pegunungan Meratus dengan kebiasaan bertempat tinggal di ladang.
Dia ingin pemerintah daerah memprogramkan pembangunan fasilitas publik di sekitar lereng. (why/JPNN/c19/diq)