Sedih, Pengin Nangis...Bocah-bocah Itu Harus Berenang Menuju Sekolah
jpnn.com - GILI Re merupakan sebuah pulau yang masuk kategori terisolir. Warga di pulau kecil yang terletak di ujung selatan Lombok Timur (Lotim) itu hidup dalam keterbatasan.
Seolah, debur ombak laut selatan seolah membuat jeritan mereka tak terdengar oleh penguasa baik di Selong maupun Mataram. Berikut catatan wartawan Lombok Post, Wahyu Prihadi tentang perjuangan hidup masyarakat pulau mungil itu
“Kami Belum Merdeka,” sebuah kalimat penuh arti yang dilontarkan Kadus Gili Re, Desa Pare Mas, Jerowaru Lombok Timur (Lotim), Abdurrahman. Sebenarnya, kalimta itu berat untuk diucapkan, tapi terpaksa dia sampaikan lantaran sedih melihat derita “rakyat”-nya yang sudah cukup lama. Hanya butuh perhatian.
Pria berbadan kurus itu lantas membawa kami menuju sudut lain di pulau kecil berpenduduk 400 jiwa tersebut.
Di sana tampak sejumlah anak asyik bermain di pinggir pantai. Berseragam lengkap warna coklat khas pakaian Pramuka yang digunakan untuk hari Sabtu, anak-anak itu sibuk dengan urusannya masing-masing.
Ada yang bermain pasing, ada yang berkejaran ke sana ke mari, ada juga yang duduk-duduk santai. Sejumlah abang-abang mereka yang juga berseragam terlihat serius bermain takraw.
Bukan sedang bermalas apa lagi membolos. Mereka sebenarnya hendak berangkat ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 Wita. Namun belum ada satupun perahu yang bisa ditumpangi untuk menuju pulau seberang.
Ya, untuk menuntut ilmu, puluhan anak pulau itu harus menyebrang lautan. Sekolah satu atap mereka SD dan SMP ada di Gili Beleq. Jaraknya kedua pulau itu sebenarnya tak jauh. Kurang dari 300 meter saja. Namun lautlah yang membuat perjalanan itu terasa berat.