Sekolah Dasar di Kaki Gunung Merapi Terinspirasi Model Sekolah di Australia
Sejalan dengan ajakan pemerintah Indonesia melalui Menteri Pendidikan Anies Baswedan untuk menjadikan pendidikan sebagai gerakan, sejumlah mahasiswa Indonesia di Australia meluncurkan Gerakan Sekolah Menyenangkan. Sebuah sekolah dasar di kaki Gunung Merapi menjadi percontohan.
Menurut data sekitar 75 persen sekolah di Indonesia tak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Selain itu, rendahnya kualitas guru berakibat negatif pada mutu pendidikan. Berdasarkan the learning curve Pearson, Indonesia berada di peringkat terakhir dari 40 negara dan peringkat 64 dari 65 negara menurut standar 'PISA'.
Menyambut ajakan pemerintah Indonesia, mahasiswa Indonesia di Australia yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia Belajar (PIB) meluncurkan "Gerakan Sekolah Menyenangkan". Inilah gerakan untuk mengembalikan akar sekolah sebagai tempat menyenangkan bukan sekadar penghasil nilai ujian.
Bulan September 2014 lalu, PIB bekerjasama dengan Universitas Ahmad Dahlan di Yogyakarta melaksanakan pelatihan praktik baik pendidikan (inspirasi dari sekolah di Australia) kepada guru-guru.
Salah satu sekolah yang mengikuti sharing inspirasi praktik baik adalah Sekolah Dasar Muhammadiyah Pakem yang terletak di kaki Gunung Merapi.
Dalam kesempatan korespondensi dengan Novi Candra (mahasiswa PhD yang juga Project Leader Sekolah Menyenangkan PIB) baru-baru ini, Rahma Sulistyowati (guru) dan Yudi (kepala sekolah) menceritakan bahwa sekolahnya yang banyak diisi oleh siswa-siswi dari keluarga petani dan sopir truk mulai menerapkan beberapa praktik baik tersebut.
“Di sekolah kami, guru mulai memberikan tanda bintang kepada murid sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian, baik berupa diraihnya prestasi akademik maupun sikap baik peserta didik. Selain itu, bentuk prestasi juga akan terus kami berikan setiap minggunya di setiap upacara bendera kepada siswa yang aktif dan memiliki perilaku terpuji”, tutur Rahma sebagaimana disampaikan Novi.