Sekolah Lima Hari, Selamat Tinggal PR
Kegiatan ini amat jarang terjadi pada Jumat. Biasanya, siswa sudah berkemas meninggalkan sekolah sebelum tepat tengah hari. Namun, yang terjadi dua hari lalu sebaliknya.
Setelah melaksanakan salat Jumat, satu per satu siswa mulai berdatangan. Melanjutkan kegiatan di sekolah, kebanyakan bukan untuk kembali ke kelas. Mereka membentuk kelompok-kelompok sesuai minat.
Siswa-siswi itu mengisi waktu mereka untuk kegiatan ekstrakurikuler. Sebelum penerapan konsep lima hari belajar, kegiatan ini dilaksanakan setiap Sabtu. Meski baru diterapkan dalam kurun waktu seminggu ini, tampaknya siswa dengan mudah mengatasi perubahan. Siswa SMA 1 Balikpapan bisa dibilang sudah kebal apabila harus menghabiskan banyak waktu di sekolah.
Ibaratnya, sekolah bak rumah kedua. Walau tenaga harus terkuras lebih banyak karena waktu pulang ke rumah tertunda. Biasanya, mereka sudah meninggalkan sekolah sekitar pukul 15.00 Wita.
Sementara dengan adanya konsep terbaru ini, siswa harus rela pulang telat. Setidaknya, paling cepat pukul 16.00 Wita.
Sedangkan waktu istirahat tak berubah, siswa mendapatkan kesempatan dua kali untuk melonggarkan pikiran. Beberapa siswa terlihat sudah siap dengan bekal makanan dari rumah masing-masing.
Menariknya, perubahan bukan hanya soal waktu sekolah, model pembelajaran ikut berbeda. Guru terlihat lebih fleksibel mengikuti kemauan siswa. Mereka tidak semata-mata terus menghabiskan waktu di kelas.
“Siswa berhak mendapatkan waktu lebih, salah satu contoh tentang pendalaman karakter. Konsep ini bertujuan bagaimana membuat siswa bisa enjoy. Belajar juga tidak harus di kelas, tapi bagaimana prosesnya yang terpenting. Sehingga guru dapat berfungsi sebagai fasilitator,” tutur Kepala SMA 1 Balikpapan Imam Sudjai.