Semangat Martha Christina Tiahahu dan Kolonialisme Modern
Oleh: Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina, Direktur Archipelago Solidarity FoundationPerjuangan gigih beberapa tokoh Maluku (kebetulan penulis ada di dalamnya), yang meminta kepada Presiden, di tahun 2014 - 2016 untuk memindahkan Blok Masela dari laut ke darat merupakan bentuk kemarahan masyarakat Maluku atas eksploitasi kekayaan alam di buminya.
Untuk itu, perlu ada pembenahan serius dalam pengelolaan sumber daya alam, sehingga ada keadilan bagi semua pihak.
Kalau ini tidak dibenahi, sebenarnya hanya persoalan waktu, bahwa akan muncul Martha Christina, Martha Christina muda yang memiliki kesadaran dan malampaui zamannya, kalau secara substansi pengelolaan sumber daya tidak berlau adil bagi rakyat, yang sesungguhnya sah dan berhak menikmati kesejahteraan atas kekayaan alam yang ada di Bumi Maluku.
Kesadaran seperti ini tidak perlu dibangunkan dan tidak perlu diajarkan, karena keadilan bukan sebatas kata-kata, tetapi akan terasa dikemas sehalus apapun.
Suka tidak suka, fakta bahwa Maluku merupakan provinsi miskin di Indonesia di atas kekayaan sumber daya alam luar biasa menjadi pekerjaan rumah bagi semua para pemangku kekuasaan di berbagai level.
Sebab, tidak jarang persoalan kemiskinan, kesejahteraan dan keadilan hanya menjadi slogan, tetapi tidak ada upaya nyata yang jelas dan terukur bagaimana mengatasi masalah itu secara substansi.
Justru, sebaliknya yang tampak jelas, bagaimana penguasaan sumber daya alam oleh segelintir pengusaha yang seolah bisa mengendalikan kebijakan Negara. Selamat mengenang dan merenungi semangat perjuangan Martha Christina Tiahahu.*
Penulis: Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina, Direktur Archipelago Solidarity Foundation