Sempat Mengobrak-abrik Padi, Gajah Liar Masuk ke Permukiman Warga di Aceh Jaya
“Kami para pemuda dan masyarakat lainnya harus selalu menghalau gajah tersebut,” ungkapnya.
Dia berharap ada solusi dari pihak terkait agar gajah tersebut bisa kembali ke habitatnya, sehingga masyarakat dapat beraktivitas dengan nyaman tanpa ada kendala terutama konflik dengan satwa.
“Kami selaku sukarelawan dan masyarakat sangat berharap ada solusi dari pihak terkait dan pemerintah baik provinsi maupun Kabupaten Aceh Jaya sendiri, sehingga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan,” katanya.
Sebelumnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terus menelusuri sebaran kawanan kelompok gajah liar di wilayah hutan Provinsi Aceh untuk dipasang kalung GPS atau GPS collar, guna bisa memantau pergerakannya dalam upaya meminimalkan konflik satwa dengan penduduk.
“Sekarang di Aceh ada sekitar tujuh kelompok gajah liar, setiap kelompok ada satu ekor yang dipasang GPS collar untuk memantau pergerakannya,” kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Kamis.
Dia menjelaskan daerah-daerah di Aceh yang kerap terjadi konflik gajah dengan manusia seperti Kabupaten Pidie, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, hingga Aceh Selatan. Namun, kawanan gajah paling besar berada di wilayah Pidie. (antara/jpnn)