Seniman Disabilitas Pertemukan Yogyakarta dan Australia
“Komunitas kami bertekad untuk bersama-sama membangun, menyebarkan, dan menghidupkan pola pikir atau perspektif kesetaraan tentang penyandang disabilitas,” ujar Nining dalam sambutan pembukaan pameran.
Pengejawantahan dari tekad Perspektif, sambung Nining, adalah dengan menjadikan seni rupa sebagai media bersama belajar saling peduli dan menghargai dengan berproses bersama melalui eksperimentasi, eksplorasi, kreasi dan apresiasi.
Andika (seniman penyandang Cerebral Palsy dengan kursi roda) dan Shita (seniman penyandang tuna rungu dengan jilbab hitam) di tengah Pameran the Story behind Shedding Light.
Terima kasih Nining juga disampaikan kepada Tutti, sebuah organisasi terkemuka di Australia yang mewadahi para penyandang disabilitas untuk berkarya seni.
Ungkapan serupa dia tujukan juga kepada Rossi von der Borch, Prof. Anton Lucas, dan Priyambudi Sulistyanto dari tim program Jembatan Flinders University, Australia Selatan.
Kedua lembaga itulah (Tutti dan Flinders University), ungkapnya, yang sejak awal memfasilitasi dan memberi banyak dukungan kepada komunitas Perspektif hingga akhirnya para seniman disabilitas Yogyja bisa tampil di Adelaide.
Selaku Direktur Artistik Tutti Pat Rix berkisah bahwa kolaborasi antara lembaganya dengan Perspektif semakin menjadi penting manakala dirinya menangkap dampak visual dan emosional yang terwujud dalam presentasi karya-karya Perspektif yang dipamerkan pada 22 Februari 2015 dan 21 Juni 2015 di Yogyakarta.