Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sensasi Menapaki At The Top Burj Khalifa

Senin, 09 Mei 2011 – 11:15 WIB
Sensasi Menapaki At The Top Burj Khalifa - JPNN.COM
Lalu masuk ke lift, saat yang saya tunggutunggu. Begitu menginjakkan kaki, agak heran, mengapa sempit ya? Juga tidak ada petugas di dalam lift yang mengoperasikan? Semuanya serba otomatis. Pintu tertutup sendiri pelan-pelan, semua dinding lift pun berubah menjadi hitam, lampu dimatikan. Keluarlah TV-TV dari dinding di kiri, kanan, belakang. Musik pop rock Arab pun diputar agak keras, sambil bermain lighting dan multimedia di TV lift berlari ke atas. Pilihan musiknya oke. Bisa untuk menggoyang- goyangkan kepala. Bukan model musik padang pasir ala Timur Tengah yang pakai rebana itu. Musik-musik jenis Maxim, dengan piano elektrik dan tingkat ketrampilan tinggi. Beat-nya keras, ritme-nya tinggi dan ada sentuhan teknologi. Itu rupanya password-nya orang Arab Dubai. Bukan model-model tradisional yang bernuansa klasik. Tidak sadar, dari LCD yang menempel di pintu sebelah kanan ada angka digital yang bergerak cepat, dari angka 1 sampai 124. Persis di lantai 64, telinga saya mulai bunyi ngiiing. Sedikit goyangan, tetapi tidak mencemaskan.

Saya harus mengumpulkan banyak ludah dan menelannya, untuk menstabilkan gendang telinga lagi. Saat berhenti di angka 124, tidak terasa seperti ketika sopir busway menginjak rem, penumpang ikut terdorong oleh gaya ke depan. Juga tidak membuat pusing, meskipun 124 lantai itu tidak sampai 1menit. Saya membayangkan, sedang naik roll coaster tercanggih di dunia. Tak perlu sabuk pengaman. Tak ada suara, kecuali musik rock Arab yang rancak dan bisa untuk menggoyangkan kepala. Juga tidak membuat penumpang terlempar, saking cepatnya. Apalagi membuat mabuk. Bahkan, seolah-olah tidak sedang berada di lift yang cepat. Justeru saat turun yang terasa bunyi di telinga pada lantai 90-60 dan 30. Apa ada semacam siklus per 30 lantai ya? Sebelumnya saya bayangkan sampai di puncak 124 lantai itu ada atraksi seperti Eureka Skydeck, gedung tertinggi di Melbourne, Australia itu. Masuk deck, semacam lift besar, lalu deck itu digeser keluar setengahnya, sehingga menggantung di ketinggian. Lalu lantai bawah atau dasarnya berubah menjadi kaca bening, yang tembus pandang ke bawah. Seperti di FX Senayan itu, untuk memacu adrenaline. Sayang atraksi itu tidak ada. Mungkin takut ada yang membawa telescop, meneropong dari bawah? Berbahaya bagi yang mengenakan rok, bisa diintip jeroannya dari bawah.

Tetapi tetap ada deck yang besar untuk menikmati udara di luar dan merasakan atmosfer di atas ketinggian. Bisa berkeliling melihat kota Dubai yang sekarang masih dalam proses pembangunan infrastruktur dan konstruksi. Lima sampai sepuluh tahun ke depan, Dubai pasti lebih dahsyat lagi. Di At The Top itu, yang paling sering dilakukan pengunjung adalah berfoto dengan Dubai Overview, lalu menyaksikan ATM emas, satusatunya di dunia juga. Membeli souvenir emas, dengan cara cash, tetapi dilayani oleh mesih Gold ATM. Mau yang 2,5 gram harganya 615 Dirham. Yang 5 gram harga 1.120 Dirham. Yang 10 gram 2.070 Dirham. Dan yang 1 ons 6.505 Dirham. Nilai uang 1 Dirham bisa ditukar dengan Rp 2.400,- Ada juga di atas ketinggian itu, orang meneropong digital dengan membayar 10 Dirham, atau Rp 24 ribu, untuk 2 menit 30 detik. Namanya, interactive telescope, the real time citiscape viewing.

Seperti bermain jetsky, tinggal di arahkan ke mana lensanya, muncul di layar dalam dua gambar. Zoom (malam) atau siang hari. Tidak lagi teropong yang diintip dengan satu mata seperti di Menara Eiffel, Paris atau dua mata tapi masih mengintip di Eureka Skydeck Melbourne. Kata mereka, “mengintip” itu sudah bukan zamannya lagi. Itu hanya boleh dilakukan oleh tentara yang sedang berperang di gurun pasir, untuk menghindari efek fatamorgana, atau Tarzan di tengah hutan untuk berburu pisang matang! Sekarang, zaman digital, zaman LCD, zaman komputer, plis deh! Jangan siksa indra penglihatan dengan cara-cara kuno! Dari atas itu, bisa menyaksikan besar dan luasnya Dubai Mall. Juga bisa menyaksikan atraksi air mancur menari, dari celah antara Dubai Mall, Burj Khalifah dan Adress Hotel, di satu kompleks. “Orang UEA ini paling doyan teknologi canggih, kemajuan, digital.

Burj itu artinya tower. Khalifa itu namanya. Menjulang tinggi seperti jarum penyuntik suntik langit Dubai. Beruntung bisa memanjat jauh At The Top

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News