Seolah Melihat Langsung Pramoedya Ananta Toer Bekerja
Pram adalah penulis Indonesia yang semasa hidup paling sering disebut sebagai calon penerima Nobel Sastra. Sekaligus mungkin penulis Indonesia yang paling dikenal di jagat sastra dunia.
Bumi Manusia yang kini ramai jadi pergunjingan karena akan difilmkan, misalnya, telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa. Sepanjang hayatnya, sekitar 50 karya telah dihasilkan Pram.
Di arena pameran, pengunjung akan disambut garis waktu perjalanan Pram yang dipajang di sepanjang dinding. Mulai kelahirannya di Blora pada 1925, pindah ke Jakarta pada 1943, diangkut ke Pulau Buru pada 1969, bebas tahun 1979, bebas dari tahanan kota pada 1992, hingga meninggal pada 2006.
Engel juga memasang koleksi naskah asli tulisan tangan Pram. Sebagian besar adalah ceceran lembaran-lembaran dari sobekan kertas semen yang memuat penggalan-penggalan paragraf tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).
Ada pula memoar soal kondisi di pulau di kawasan Kepulauan Maluku tersebut. Ada beberapa potongan gambar tentang rumah-rumah warga dan hutan sagu di sekitarnya. Engel bahkan berhasil mendapatkan tas tahanan politik yang dibawa Pram saat meninggalkan Pulau Buru. Di tas kain tersebut tertulis tiga huruf besar P A T, singkatan Pramoedya Ananta Toer.
Di bawahnya tertulis kata ”Buru” dan ”Jakarta”. Lalu, deretan tanggal 28/9/79. Itulah hari ketika peraih Ramon Magsaysay Award 1995 itu bebas dari Pulau Buru.
Yang lainnya adalah lembaran-lembaran Ensiklopedia Citrawi Indonesia (ECI). Proyek Pram dan beberapa kawan untuk membuat kumpulan sejarah dan kebudayaan Nusantara.
Di dalamnya Pram menuliskan banyak hal. Mulai arsitektur khas Indonesia, alam sabana dan padang rumput, musik keroncong, sampai mitos Ratu Kidul. Sayang, ECI tidak selesai.