Sepatu Siapa Takut
Oleh Dahlan IskanBaru satu jam di kereta, sesuatu turun deras dari langit: hujan salju. Tidak saya sangka. Oh…indahnya. Seindah keringnya Sumba.
Tentu. Kereta ini pakai pemanas.
Hangat.
Lapar.
Saya mencari gerbong kafe. Sejak pagi belum makan.
Ada di gerbong 2. Ramai. Antre.
Anak muda itu baik. Menyilakan saya duduk di satu kursi kosong di sebelahnya. Lalu mengajak ngobrol. Memperlancar bahasa Inggrisnya. Dikira bahasa Inggris saya lebih baik.
Padahal ssstttt…! Rahasia.
Saya membuka menu. Mata saya mendadak hijau. Semua makanan seperti ingin saya lahap.
Ada kebab. Ada doner. Ada kebab dan doner. Ada doner dan kebab. Rasanya hanya dua jenis itu makanan Turki yang saya hafal namanya. Sayang perut hanya satu.
Enak sekali. Seperti yakiniku Jepang. Dengan nasi sepulen beras Jepang. Lezatnya bertambah-tambah. Lantaran ada sisa-sisa minyak dari lemak daging tipis yang menempel di nasi.