Sepatu Siapa Takut
Oleh Dahlan IskanSenin, 31 Desember 2018 – 05:00 WIB
Lain hari saya akan naik kereta lagi. Dan memesan itu lagi.
Saya pun makan lahap. Sambil memandang luar jendela. Yang terlihat hanya salju. Dataran salju. Gunung salju. Lembah salju.
Sesekali kereta melintas dekat jalan raya. Yang terlihat mobil-mobil lalu-lalang: beratap salju.
Sampai di Ankara pun masih hujan salju.
Di luar stasiun saljunya sangat deras. (“Apakah kata deras cocok juga untuk salju? “).
Padahal masih harus nyegat taksi. Padahal topi saya ya yang itu. Padahal saya dilarang dokter berhujan dan berpanas.
Saya berdoa: semoga dokter tidak mengategorikan salju sebagai hujan.
“Ke hotel apa saja,” kata saya pada sopir taksi. “Di mana saja. Bintang berapa saja,” tambah saya.