Seperti ini Mimpi Besar Mentan Sambut Ibu kota Baru
"Tentu kita harus atur sedemikian rupa agar kawasan produksi di sekitar ibu kota berproduks secara kontinu. Kita optimalkan dulu lahan dan SDM yang ada di Kaltim. Bisa saja pengembangannya nanti melebar ke provinsi sekitarnya, namun harus tetap terencana dan terkendali," terangnya.
Anton menambahkan salah satu yang menjadi kendalanya adalah tingginya biaya tenaga kerja. Mekanisasi pertanian menjadi pengungkit bergeraknya pertanian sesegera mungkin.
"Lahan di sini relatif datar. Untuk mendorong peningkatan luas tanam dan produksi perlu menggalakkan mekanisasi. Pelatihan-pelatihan mekanisasi pertanian untuk petani di Kaltim perlu disegerakan," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi, menyebut pihaknya akan menata dan memperluas kawasan buah-buahan untuk memasok kebutuhan calon ibu kota baru ini.
"Yang sekarang sudah berkembang di antaranya jeruk dan alpukat di PPU, pisang di Kutai Timur, pepaya di Balikpapan. Sementara Kabupaten Kutai Kartanegara sudah berkembang kelengkeng, buah naga, nanas, manggis dan buah khas lokal mirip durian yaitu lay. Selain di Kukar, lay juga banyak dikembangkan di Berau," kata Liferdi.
Pada tahun ini, kata Liferdi, Ditjen Hortikultura mengalokasikan kegiatan pengembangan kawasan jeruk di Kabupaten PPU seluas 50 hektare dan 20 hektare di Kabupaten Kutai Kertanegara. Tahun 2020 luasannya akan makin meningkat sesuai skala ekonomi.
"Untuk Jeruk di Kabupaten Paser kami alokasikan 200 hektare dan pisang di Kutai Timur seluas 250 hektare. Dengan skala ekonomi tersebut kami harapkan pasokan buah bisa lebih kontinu, bahkan tak menutup kemungkinan bisa ekspor ke negara tetangga," jelas Liferdi
Musiran (67), petani pepaya asal Kota Balikpapan mengaku senang mendengar rencana pemerintah mengembangkan pertanian di wilayahnya. Dirinya bersama para petani siap mendukung pengembangan buah-buahan terutama pepaya.