Seperti Kos, Napi Bayar Kamar hingga Listrik
Kamis, 14 Januari 2010 – 05:17 WIB
Di rumah itu Sarju tinggal sendirian. Istrinya bertugas sebagai kepala sekolah di sebuah SMP di Jepara, Jateng. Menurut informasi dari para pegawai, sebelum dipindahkan ke Jakarta, Sarju mengepalai rumah tahanan di Jepara. Karena keluarganya tinggal di kampung, Sarju setiap pekan menyempatkan pulang. "Dia menggunakan sistem PJKA (pulang Jumat kembali Ahad)," jelas seorang pegawai rutan. Senin pagi dia harus memulai aktivitas sebagai pimpinan rumah tahanan yang dihuni 1.164 orang itu. Namun, kalau kegiatan padat, Sarju tak pulang. Karena itu, pedagang yang berderet di seberang rumahnya juga jarang melihat anak dan istrinya.
Di mata para pegawai Rutan Pondok Bambu, Sarju dikenal sebagai sosok yang tekun bekerja. Meski rumahnya bersebelahan dengan kantor, pria asal Sragen itu tak pernah berangkat ke kantor ngaret alias terlambat.
Saat tiba waktunya salat Duhur dan Asar, Sarju selalu pulang ke rumah untuk salat. Sepuluh menit kemudian, dia balik lagi ke kantor. Untuk makan siang, terkadang Sarju meminta pegawainya membeli makan pada pedagang depan rutan, lalu dibawa ke ruang kerjanya.