Sepuluh Tahun Amerika Serikat Dibayangi Trauma Tragedi 9/11
Keamanan Ketat Usik Gaya Hidup dan Kenyamanan WargaSenin, 12 September 2011 – 03:09 WIB
Sapaan ”How are you?” membuat perasaan berdebar-debar saya hilang. Senyum petugas berpostur kekar itu membuat rasa gundah saya lenyap seketika. Maklum, saat masuk ke bandara-bandara di AS, prosedur belum berubah.
Saya sangat takut untuk melewati prosedur tersebut. Apalagi, sepatu, ikat pinggang, jam tangan, dompet, laptop, kacamata, handphone, kamera, dan semua barang harus dikeluarkan dari tas. Karena itu, saking leganya, ketika petugas menyerahkan paspor, saya benar-benar merasa sebagai orang tercepat yang melewati pemeriksaan di imigrasi.
Apa yang saya alami ternyata juga dirasakan warga AS. Sepuluh tahun setelah 9/11, publik Paman Sam mempertanyakan keberadaan Transportation Security Authorization (TSA) dan Department of Homeland Security, departemen yang membawahkan imigrasi, bea cukai, dan border cross area (lintas perbatasan). Itu merupakan sebuah departemen yang lahir setelah serangan teroris terhadap gedung kembar World Trade Center (WTC) di Lower Manhattan, New York, 11 September 2011.