Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Setelah Emas Hitam Tinggal Hitamnya

Oleh Dahlan Iskan

Senin, 07 Maret 2016 – 07:38 WIB
Setelah Emas Hitam Tinggal Hitamnya - JPNN.COM

Padahal, kita punya target menurunkan emisi. Yang sudah dijanjikan ke seluruh dunia. Mau tidak mau pemakaian batu bara akan menjadi primadona lagi. Meski bisa mengotori lingkungan kita. Batu bara menjadi begitu menariknya. Secara bisnis. Begitu murahnya. 

Kenyataan itulah yang saya ajukan jadi topik bahasan di depan forum Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI) di Jakarta Sabtu lalu (5/3). Beberapa jam sebelum keberangkatan saya ke Beijing. 

Hari itu tidak hanya dari UI yang hadir. Juga mahasiswa teknik kimia dari ITB, UGM, ITS, Unsri, dan sebagainya. Mereka adalah finalis lomba kimia terapan. Tiap tahun UI mengadakan lomba seperti itu. Ada yang menemukan ramuan permen karet penghilang bau badan. Dengan bahan baku daun kemangi. Ada yang menemukan susu dari singkong.

Saya minta ditemukan bahan yang bisa mengatasi kelemahan-kelemahan batu bara. Baik sulfurnya dan terutama kandungan debunya. Lebih-lebih untuk batu bara kalori rendah. Perlu ada temuan peningkatan kalorinya.  Negara sangat menunggu temuan itu. Ini menyangkut masa depan kecukupan energi Indonesia. Untuk mengejar ketertinggalan kita. 

Memang akan ada terobosan baru. Misalnya penggunaan torium. Yang memiliki daya energi 200 kali dari uranium. Satu gram torium bisa menggantikan 3.000 ton batu bara. Satu gram. Apalagi, torium lebih aman. Torium tidak akan bisa membuat reaktor meleleh dan meledak. Tidak seperti uranium. Biarpun suplai listrik pendingin reaktornya terhenti/mati reaktornya, tidak akan meleleh kepanasan. Seperti di Fukushima itu. Torium akan membuat reaktornya mendingin sendiri. 

Tapi, itu memerlukan terobosan keberanian. Dalam mengambil risiko. Mungkin juga akan ada penemuan lain: H2O menjadi HH2O. Lewat proses fission. Tapi, batu bara yang sangat murah ini ada di depan hidung. Kita menyandarkan masa depan kita pada teknik kimia. Ayolah! (*)

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close