Setelah Istri
Oleh Dahlan IskanNamun, kami, orang pers, senang sekali. Keberanian Pak Habibie itu di luar dugaan kami. Padahal Menteri Penerangan-nya saat itu seorang jenderal: Yunus Yosfiah.
Kami sendiri sering waswas dengan kebebasan yang begitu bebasnya. Lebih bebas dari Amerika. Di sana, untuk menerbitkan koran, setidaknya harus memberi tahu kantor pos. Di sini, memberi tahu RT pun tidak perlu.
Tentu masih ada keberanian beliau lainnya: membebaskan tokoh-tokoh politik yang ditahan. Tidak layak ada orang dimasukkan penjara hanya karena pandangan politik yang berbeda. Lalu dicari-cari kesalahan mereka.
Kami pun, para tokoh pers, akhirnya menarik kesimpulan. Itu tidak bisa dipisahkan dari latar belakang Pak Habibie. Yang puluhan tahun hidup di Jerman. Di sebuah negara demokrasi.
Bagi orang seperti Pak Habibie beda pendapat itu biasa. Jerman telah membentuk kepribadian demokrasinya.
Sewaktu menjabat Menteri BUMN saya sowan beliau. Saya ingin mendengar gagasan pesawat terbang beliau. Siapa tahu ada jalan keluar.
Dua minggu lalu saya masih berkirim surat kepada beliau. Saya minta izin mengganggu beliau. Agar membolehkan 350 calon mahasiswa ke kediaman beliau.
Mereka akan berangkat kuliah di 9 universitas di Tiongkok. Atas beasiswa yang diusahakan yayasan kami.