Setelah Melahirkan, Bocah SD Korban Perkosaan itu Serius Hadapi Unas
Bintang Ramadhan, aktivis lainnya, menyatakan, sikap itu masih dipandang wajar. Dia membayangkan, anak seusia Siska seharusnya sedang dimanjakan oleh orang tua. Tapi, tidak demikian Siska. Dia harus merawat anaknya dan terbangun beberapa kali di tengah tidur lelapnya.
Meski dengan impitan masalah yang kompleks, Siska berusaha untuk menamatkan sekolahnya. Di sela-sela mengasuh sang bayi, Siska menyempatkan diri belajar dengan buku seadanya. Dia ingin bisa mengikuti ujian nasional bulan depan. ”Matematika,” ucap Siska ketika ditanya pelajaran yang paling disukai.
Untuk memudahkan belajar, papan tulis putih yang berisi jadwal kegiatan Yayasan Embun Surabaya diboyong ke kamar untuk belajar Siska. Bahkan, setiap kali belajar, para aktivis bergantian membimbingnya. Mereka membuat soal dan Siska harus menyelesaikannya dalam waktu yang ditentukan.
Keinginan Siska untuk lulus SD didukung sekolah. Seminggu sekali sekolah tempat Siska belajar mengirimkan dua orang guru ke rumah persembunyian untuk memberikan materi. ”Materinya sama dengan yang di sekolah. Tapi, lebih banyak memancing keaktifan Siska,” ucap Bintang yang juga lulusan tata boga.
Siska kini hidup sebatang kara. Kehadiran bapaknya tidak diharapkan lagi. Sementara itu, si ibu menghilang ketika Siska masih kecil dan tidak diketahui rimbanya. Meski begitu, dia memiliki keluarga di rumah persembunyian Yayasan Embun Surabaya. (*/c6/ayi)