Setelah Raja Daging dan Raja Gula, Kini Raja Meong
jpnn.com - JAKARTA - Kondom kontroversial produksi BUMN cap Meong ternyata merupakan produk alat kontrasepsi pria pertama yang diproduksi Indonesia. Bahkan kondom tersebut sudah ada sejak 30 tahun lalu.
PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero berambisi memperbesar pangsa pasar penjualan kondom ini dengan merancang jaringan distribusi dan meluncurkan varian-varian baru. Namun di pihak lain, manajemen RNI berhitung matang agar tidak menimbulkan protes dari berbagai kalangan lagi. Tujuannya agar kondol local mampu bersaing dengan kondom impor.
Direktur Utama (Dirut) PT RNI Ismed Hasan Putro mengatakan, selama ini perseroan lebih banyak mengandalkan penjualan kondom melalui tender pemerintah. Namun ke depan BUMN ini akan lebih banyak menyasar pasar ritel secara langsung dengan produk-produk yang disukai pasar. Bahkan Ismed berani menargetkan omzet penjualan kondom sebesar Rp 55 miliar.
Tentunya tak hanya mengandalkan dari tender pengadaan, namun juga akan masuk ke pasar ritel secara langsung. Adapun pasar yang akan dimasuki di Surabaya, Bali serta daerah lainnya yang memiliki potensi pasar bagus. Untuk memasuki pasar ritel, perseroan mengandalkandari sisi varian, kondom cap Meong yang memiliki rasa mangga, duren, dan kondom bergerigi.
Ini ditambah kondom cap Artika. Selain pasar dalam negeri, kondom ini dijual ke pasar luar negeri, dengan diekspor ke berbagai negara, utamanya ke Timur Tengah. Karena Pasar di Timur Tengah sangat potensial.
RNI adalah BUMN yang memiliki tiga lini bisnis utama, mulai dari agribisnis, perdagangan, dan farmasi-alat kesehatan.
“RNI terus berekspansi usaha dengan label andalan Raja. Untuk itu, RNI akan terus menambah jenis, hingga akhirnya sembilan produk. Saat ini, RNI telah menjajakan sejumlah produk berlabel Raja, seperti untuk daging olahan dalam kemasan kaleng dilabeli Raja Daging, untuk minyak goreng kemasan dinamai Raja Minyak, dan untuk produk gula pasir dilabeli merek dagang Raja Gula. Perusahaan masih mempunyai satu produk bermutu tinggi, yaitu kondom. Pabrik kondom kita itu terbesar di Asia Tenggara, tapi kami tidak bilang begitu karena bukan apa-apa. Nanti Front Pembela Islam (FPI,red) itu marah-marah dan memprotes. Mau dagang, malah dibilang murtad. Karena itu, Raja Kondom diganti menjadi Raja Meong biar terdengar lebih soft,” ungkap Ismed Hasan Putro, Dirut PT RNI di gedung RNI Pusat,kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Saking berambisi dan meyakini bisnis kondom local ini cukup bagus, Ismed mengaku pernah membagi-membagikan produk kondomnya pada pemimpin redaksi dalam goody bag pada Forum Pimpinan Redaksi di Nusa Dua, Bali, belum lama ini. Sementara itu, untuk produk yang sudah ada di pasaran Raja Kondom akan berganti Raja Meong.