Shodiqun Heran saat Mbah Moen Bilang akan Tinggal di Makkah sampai 5 Zulhijah
“Ngapunten, Mbah, mangke wonten mriki dugi kapan njih (maaf, Mbah, tinggal di sini akan sampai kapan, ya)?” tanya Shodiqun.
Mbah Moen dengan tegas menjawab, “Tekan tanggal limo (sampai tanggal lima).”
Shodiqun heran atas jawaban Mbah Moen. Dia berpikir, bagaimana mungkin beliau tinggal di Makkah sampai tanggal 5 sedangkan ritual ibadah haji, apabila dihitung menurut kalender hijriah maupun masehi yang hanya selisih sehari, akan selesai pada tanggal belasan.
Shodiqun hanya husnuzan bahwa yang dimaksud Mbah Moen dengan “tinggal di sini sampai tanggal lima” ialah tinggal di dalam hotel yang beliau tempati saat ini, bukan tinggal di Makkah.
Menjelang subuh Selasa 6 Agustus, hujan mengguyur Kota Makkah. Shodiqun yang berangkat ke Masjidilharam pun basah kuyup. Baginya cuaca kali ini aneh karena terjadi pada musim panas. “Saya sempat bertanya-tanya dalam hati: ada apa ini?” tuturnya.
Hingga akhirnya, beberapa saat kemudian hati Shodiqun tersentak oleh kabar wafatnya Mbah Moen. Di kepalanya kembali terngiang dawuh Mbah Moen terakhir saat di hotel, dan Shodiqun baru sadar bahwa pemahamannya meleset.
Pada tanggal 5 Zulhijah atau 6 Agustus, Mbah Moen bukan hanya meninggalkan hotel, tapi juga Makkah, bahkan dunia.
Ulama kelahiran 28 Oktober 1928 itu mengembuskan napas terakhir dengan tenang pada pukul 04.17 di Kota Makkah, Arab Saudi. (ahmad mundzir/nuonline)