Si Patai, Robinhood Padang Kota (1)
Bandit Kerakyatan
Leo Hulsman tidak sedang mendongeng. Hanya saja, meski dalam tulisannya dia menulis, "pihak Belanda pun tidak semua menganggapnya penjahat belaka," beberapa pekan setelah tulisan itu terbit, Si Patai terbunuh pada malam 3 Februari 1927.
"Kemarin satoe patroli jang dikepalai oleh sersan Menado Lindong soedah menangkap doea orang kawan Si Patai," tulis kantor berita Aneta (nenek moyang kantor berita Antara), 4 Februari 1927.
Lalu, "mereka itoe dipaksa oleh militer menoendjoekkan tempat semboenji Si Patai. Apabila Si Patai melihat kedatangan patroli itoe, ia menjerang dengan pestol browning dan rentjong."
Kemudian, lanjutan beritanya, "militer menembak Si Patai itoe, kena di kepalanja dan toeboehnya, hingga mati. Dalam perkelahian itoe seorang kawan Si Patai, Boejoeng namanja, mati ditembak."
Tentara kompeni berpesta pora. Kepala Si Patai dipancung. Esok harinya, mereka berarak-arakan keliling Padang.
Hasjim Ning, saudagar terkemuka dari zaman Soekarno hingga Soeharto, yang melewati masa kecilnya di Padang mengaku melihat arak-arakan itu.
Kata dia, hari itu kota Padang menjadi gempar. "Tentara berseragam hijau bersama orang-orang bertelanjang dada berarak keliling kota dengan kelewang terhunus. Berteriak-sorak bagai orang mabuk," kenangnya dalam Pasang Surut Pengusaha Pejuang—Otobiografi Hasjim Ning.