Si Patai, Robinhood Padang Kota (2)
Ada juga yang unjuk rasa ke kantor Asisten Residen di Bukittinggi. Blanko pembayaran belasting yang diserahkan dirobek rakyat. Di Manggopoh, sepasukan kavaleri Belanda yang mendirikan posko untuk melancarkan kebijakan ini dibantai.
Di Padang, pemberontakan pajak dipimpin oleh Si Patai, dari kalangan dunia hitam.
"Si Patai," menurut Rusli Amran, wartawan-cum-sejarawan kelahiran Padang, 14 September 1922 yang meneliti meneliti koran-koran yang terbit di Padang pada masa kolonial, antara lain De Padanger, Nieuw Padangsch Handelsblad, Padang Nieuws en Handelsblad, Sinar Sumatra, Sumatra Bode, Sumatra Courant, Sumatra's Nieuwsblad dan Tjaja Sumatra, "ada di urutan paling atas dalam daftar polisi semenjak awal abad ini," tulisnya dalam buku Padang Riwayatmu Dulu.
Awal abad ini yang dimaksud tersebut adalah awal abad 20. Yakni sebermula tahun 1900-an.
Aturan belasting membuat Si Patai mengamuk. Dia memimpin keributan di Pauh. Membunuh beberapa pegawai pemerintah.
Tak sampai di situ. Gerombolan Si Patai pun bergerak memasuki Kota Padang, pusat pemerintahan kolonial Belanda.
Saat dihadang, entah dari mana dapatnya, mereka melemparkan bom ke arah aparat. "Untung mereka masih bisa dihalau dekat Alai," begitu tulis surat kabar pada waktu itu, sebagaimana dicuplik Rusli Amran.
Si Patai buron. "Bersama Buyuang Tupang, Palalok dan Sampan, nama Si Patai dikategorikan Belanda tidak saja sebagai penjahat biasa, tetapi termasuk orang-orang yang menentang pemerintahan jajahan," ungkapnya.