Siang Hadapi Agresi Belanda, Malam Waspadai Komplotan Perampok
Tak ingin ketinggalan, Soenardi dan 97 siswa Sekolah Teknik unjuk diri mendaftar. Mereka tidak ingin Merah-Putih yang sudah berkibar diturunkan kembali oleh tentara penjajah Belanda setelah Jepang menyerah.
Kesempatan membela tanah air berada di depan mata. Soenardi bersama kawan seangkatannya dilatih menjadi tentara pelajar.
‘’Saya dulu khusus dilatih membuat peledak,'' kenang mantan prajurit yang kini tinggal di Gang Rukun, Jalan Gajah Mada, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, itu.
Pelajar-pelajar sekolah teknik itu juga dibekali strategi perang. Mereka dibagi menjadi tiga gugus tugas. Ada yang khusus peracik bom, pengintai, dan eksekutor.
Soenardi menyebut semboyan ‘’Membungihanguskan Madiun’’ adalah misi utama pasukan TGP saat itu. Bukan dalam arti yang sebenarnya, melainkan menghancurkan akses jalur utama masuk Madiun agar tentara penjajah gagal menguasai objek vital.
‘’Kami mendapat tugas menghancurkan jembatan, supaya penjajah tidak bisa masuk Madiun,’’ ungkapnya.
Soenardi merinci empat jembatan yang menjadi target pengeboman. Yakni, jembatan Manguharjo, Precet, Beteng, dan jembatan Rejo Agung (Patihan).
Strategi meruntuhkan jembatan disusun rapi sebelum kedatangan Belanda sesuai kabar yang diterima dari tim pengintai.