Simon McMenemy, Please Satu Gelar Saja..
jpnn.com, JAKARTA - Bukan kejutan, PSSI akhirnya menunjuk Simon McMenemy sebagai pelatih Timnas Indonesia menggantikan Bima Sakti.
Pria yang mengarsiteki Bhayangkara FC itu menjadi salah satu sosok yang beberapa kali disebut dalam setiap rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI beberapa pekan terakhir.
Alasannya, prestasi pelatih 41 tahun itu cukup baik. Selain pernah mengantarkan timnas Filipina menembus semifinal Piala AFF (2010), McMenemy sudah mengerti kultur sepak bola Indonesia. Pria kelahiran Aberdeen, Skotlandia, tersebut malang melintang di Liga 1 sejak 2011. Prestasi terbaiknya adalah membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 2017.
McMenemy bakal memikul tugas berat. Dia diminta mampu memberikan gelar juara untuk Merah Putih. Masalahnya, Indonesia sudah lama sekali miskin prestasi. Timnas kali terakhir menjadi juara ketika pelatih legendaris dari Rusia Anatoli Polosin memberikan emas SEA Games 1991.
Lalu, bisakah McMenemy melakukannya? Manajer Bhayangkara FC AKBP Sumardji yakin bahwa mantan pelatihnya itu mampu. Kerja keras membuat The Guardian –julukan Bhayangkara FC– menjadi salah satu tim terkuat di Indonesia. ”Dia sangat profesional. Dia juga bisa melihat talenta seorang pemain, bahkan sangat percaya kepada pemain muda,” tutur Sumardji.
Dia menambahkan, bersama McMenemy, timnas akan melangkah jauh lebih baik. Sebab, mantan pelatih Mitra Kukar itu juga mengerti pemain-pemain bertalenta di Indonesia dari pengalaman selama tujuh tahun berkarir di sepak bola nasional. "Kami mendukung sekali. Walaupun merasa kehilangan, Bhayangkara FC mendukung penuh Simon menjadi pelatih timnas,” paparnya.
Kontrak McMenemy habis pada akhir Desember 2018. Artinya, Sumardji tidak berkeberatan jika pelatihnya itu diambil PSSI. ”Satu yang saya pesankan kepada PSSI, apresiasi dengan baik, jangan seperti yang sudah-sudah,” katanya.
Pesan itu juga yang menjadi ketakutan jutaan pencinta sepak bola nasional. PSSI selama ini dikenal ”tidak ramah” kepada pelatih asing. Administrasinya sering ruwet sehingga berujung pada masalah-masalah sepele yang tidak profesional. Mulai tunggakan gaji hingga pemutusan kontrak secara sepihak dengan cara yang terkesan semena-mena.