Sistem Resi Gudang Perkuat Tata Kelola Stok Pangan
“Untuk gula sendiri yang telah masuk dalam SRG sebanyak 6.750 ton, kedepannya kita akan dorong terus, khususnya PTPN dan ID FOOD, untuk menambah kuantitasnya, sehingga dapat menjadi cadangan stok untuk stabilisasi harga,” paparnya.
Arief mengatakan penerapan SRG sangat penting untuk memperkuat ekosistem pangan nasional. SRG berfungsi sebagai manajemen stok, efisiensi rantai pasok, serta dapat digunakan sebagai instrumen untuk menstabilkan harga.
Selain itu, SRG juga berfungsi sebagai sarana pembiayaan, sehingga dapat mendukung permodalan bagi petani dan pelaku usaha di sektor pangan.
“Di sektor gula, pembiayaan SRG merupakan salah satu instrumen untuk memaksimalkan penyerapan produksi gula petani yang dapat didistribusikan pada wilayah yang memerlukan ataupun disimpan di gudang untuk mengantisipasi gejolak harga,” ujar Arief.
Sebagai salah satu komoditas pangan strategis, stabilitas gula menjadi perhatian pemerintah.
Presiden Joko Widodo meminta agar ada perbaikan tata kelola gula yang holistik dari hulu ke hilir untuk mewujudkan swasembada gula mulai dari peningkatan produksi dan produktivitas tanam tebu, perbaikan fasilitas pabrik gula, hingga kepastian jaringan distribusi gula.
Dalam hal upaya perbaikan tata kelola gula sesuai arahan Presiden RI, Arief mengatakan, selain melaui penerapan SRG, NFA dalam kewenangannya telah menetapkan harga pembelian gula kristal putih di tingkat petani Rp 11.500 melalui Surat Edaran Bersama NFA-Kemendag.
Penetapan harga pembelian tersebut dalam rangka memberikan kepastian harga bagi petani. Ia meyakini peningkatan kesejahteraan petani merupakan salah satu kunci penting dalam peningkatan produksi dan produktivitas tebu.