Siswi Bunuh Diri karena Takut Ditolak Sekolah Favorit?
jpnn.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan keprihatinan atas meninggalnya dua remaja di Blitar dalam waktu yang berdekatan.
Kasus pertama, meninggalnya siswi SMP yang bernama EPA (16 tahun) akibat gantung diri di kamar kosnya.
Diduga EPA bunuh diri karena takut tidak bisa diterima masuk di salah satu SMA favorit di kota Blitar. Hanya karena terbentur sistem zonasi.
Dua hari setelah kematian EPA, warga Blitar dikejutkan dengan berita kematian BI yang merupakan pelajar yang baru dinyatakan lulus dari SMP di Kabupaten Blitar.
Warga Kecamatan Kanigoro itu nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Pelajar 15 tahun itu ditemukan tewas tergantung pada seutas tali tambang di kamarnya. Motif bunuh diri diduga karena ingin dibelikan motor.
“Alasan seorang remaja melakukan percobaan bunuh diri bisa begitu rumit yang sekaligus pada sisi lain mungkin bukan suatu hal yang dianggap berat bagi orang dewasa pada umumnya. Oleh karena itu, jangan langsung menghakimi remaja yang sedang dirundung masalah”, ujar Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan dalam pernyataan resminya, Jumat (1/6).
Retno menambahkan, yang harus dilakukan orang dewasa di sekitar anak (guru dan ortu) adalah memiliki sensitivitas (kepekaan) dan kenali tanda-tanda remaja berniat melakukan bunuh diri dan segera upayakan langkah pencegahan.