Siti Atikoh Bakar Semangat Belasan Ribu Perempuan PDIP di Solo
Atikoh lalu menyampaikan dirinya yakin perempuan yang hadir di lokasi ini memiliki mental baja. Atikoh bersyukur bisa bertemu dan menyapa mereka.
"Hari ini berada di tengah-tengah teman-teman semua pejuang-pejuang yang luar biasa," kata Atikoh.
Atikoh menceritakan dirinya pernah bekerja sebagai wartawan di Solopost pada 1997. Menjadi wartawan, menurut dia, memberikan pengalalaman yang luar biasa karena mengetahui dan melihat langsung segala aspek kehidupan.
"Saya setiap hari keluar masuk pasar-pasar di situ saya berdialog dengan para pedagang terutama pedagang perempuan bagaimana mereka bisa survive," kata Atikoh.
Atikoh menganggap kondisi pedagang perempuan pada zaman dulu masih relevan untuk dibahas saat ini. Dia menolak dengan tegas bahwa perempuan memiliki fungsi 3M, macak (merias), masak (memasak), manak (melahirkan).
"Enggak, tidak! Karena tahun 1998 sudah begitu perjuangannya. Kita harus banyak sekali dilakukan, salah satunya ibu di rumah menjadi madrasah anak pertama, di lingkungan pasti di sini banyak yang aktif di posyandu," kata Atikoh.
Di sisi lain, lanjut Atikoh, pekerjaan yang harus diselesaikan perempuan secara kolektif ialah bagaimana berkontribusi untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga.
"Kita harus bisa mengedukasi juga bahwa perempuan itu harus disayangi, harus dilindungi, kita juga harus bisa bagaimana anak-anak saat mengakses internet itu terlindungi tidak menjadi korban bullying, tidak menjadi mangsa para predator," jelas Atikoh.