Siti Zuhro: PKI Pernah seperti Malaikat Izrail, Ngotot Bubarkan HMI
"Di era orde baru HMI terbelah menjadi dua. Untungnya tetap satu dalam KAHMI. Fenomena ini wajar karena masing-masing punya keyakinan ideologi yang berbeda. Bahkan pemuda ini memang sulit dipersatukan dalam satu organisasi," cetus Siti Zuhro.
HMI ikut mewarnai pergolakan politik di Indonesia. Salah satunya perseteruan HMI dengan CGMI dan PKI. Oleh CGMI dan PKI, HMI dipandang sebagai kaum sarungan.
Perseteruan tersebut terkait dengan polemik dasar negara. Islam dan sekuler (nasionalis).
Isu bahaya laten PKI selalu muncul menjelang peringatan G30S/PKI. Hal ini menurut Siti Zuhro bisa dipahami karena ada lima alasan krusial mengapa PKI tidak boleh hidup di Indonesia. Pertama teologi, komunisme bertentangan dengan prinsip Ketuhanan.
Kedua, ideologi komunisme bertentangan dengan Pancasila. Ketiga, sosial, komunisme mengajarkan pertentangan kelas. Adu domba bertentangan dengan Pancasila yang mengedepankan harmoni dan persatuan.
Keempat, politik, komunisme mengajarkan agitasi dan propaganda terhadap lawan politik Pancasila menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Kelima, sejarah di mana PKI pernah memberontak berkali-kali dalam skala kecil, menengah maupun besar. Mulai 1926, 1948, dan 1965.
Adapun pro kontra tentang isu tersebut menurut Siti Zuhro, menjadi catatan sejarah politik kebangsaan yang tidak bisa diredam dalam negara demokrasi. Sejarah bukan sekadar gambaran tentang kehidupan orang-orang terdahulu tanpa makna bagi kehidupan saat ini ada akan datang.
"Sejarah adalah sebuah pelajaran penting bagi kehidupan masa kini maupun mendatang. Oleh karena itu bangsa yang melupakan sejarah adalah bangsa yang kehilangan jati dirinya, identitas, budaya, dan nasionalismenya," pungkas Siti Zuhro. (esy/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini: