Sleman Siapkan 300 Homestay di Desa Wisata
Sri Purnomo menambahkan, kebijakan pengembangan homestay sejalan dengan moratorium pembangunan hotel yang telah dilakukan beberapa tahun lalu. Dia menjelaskan, pengembangan Kabupaten Sleman saat ini diarahkan sebagai pusat pendidikan, pusat kebudayaan, penghasil pangan, daerah tujuan wisata, pengembangan industri kecil, agroindustri dan industri jasa.
Dengan potensi daya tarik alam dan lahan subur, Sleman juga mengembangkan desa wisata di bidang pertanian. Salah satu prinsip pengembangan wisata di Sleman, menurut Sri Purnomo, adalah mengedepankan partisipasi masyarakat dan kearifan lokal.
Sedangkan kriteria desa wisata yang dikembangkan harus memiliki atraksi wisata mencakup alam budaya, daya dukung desa seperti keaslian, keunikan dan keindahan. "Menginap di homestay, para tamu bisa menikmati kehangatan keluarga khas Sleman. Bisa ikut membajak sawah, melihat panen padi. Karena anak-anak orang kota meski makan nasi banyak yang tidak tahu tanaman padi seperti apa?" tegasnya.
Maka, homestay di desa wisata diarahkan pada segmen pelajar dan mahasiswa, perusahaan, wisatawan asing dan keluarga. Untuk semua ini, Bupati mengatakan butuh bantuan media.
"Saya sepakat sekali dengan konsep Pak Menteri Pariwisata tentang Pentahelix seperti yang disampaikan Pak Don Kardono tadi. Harus muncul kebersamaan dari kelima stakeholders tersebut dalam membangun image positif dalam pariwisata," katanya.
Sebelumnya Staf Khusus Menpar M Noer Sadono atau biasa dipanggil Don Kardono itu menyampaikan soal Pentahelix yang terlibat dalam pariwisata. Kelima unsur Pentahelix itu adalah akademisi, bisnis, community, government dan media atau disingkat ABCGM.
"Media menjadi salah satu penentu keberhasilan industri pariwisata. Itulah pentingnya Kementerian Pariwisata mengajak rekan-rekan media memahami kebijakan dan strategi pengembangan wisata oleh Kemenpar," urai Don.
Sedangkan Ukus Kuswara menekankan pentingnya media baik media mainstream maupun media sosial. Ukus mengajak agar para jurnalis menulis dengan diniati "ngalap berkah." Sehingga tulisan yang dibuat bisa mendatangkan pahala. Termasuk dalam menulis pariwisata.