SMART Minta Kader Golkar Objektif Menilai Kepemimpinan Airlangga
jpnn.com, JAKARTA - Sahabat Muda Airlangga Hartarto (SMART) meminta semua tokoh dan kader Golkar untuk objektif menilai kepemimpinan Airlangga Hartarto selama kurang lebih 1,5 tahun menakhodai Partai Golkar. Perolehan suara kedua terbanyak di parlemen pada Pemilu Legislatif 2019 adalah capaian terbaik yang bisa didapatkan di tengah goncangan internal yang sangat besar saat Airlangga mulai memimpin Golkar.
Ketua Umum SMART Rudolfus Jack Paskalis mengingatkan sebelum Pileg 2019, hasil survei Litbang Kompas menempatkan Golkar melorot jadi partai tengah di bawah PKB. Karena saat itu Partai Beringin menghadapi tsunami politik usai dualisme kepemimpinan, Ketum Pak Setnov saat itu tersangkut KPK. Belum lagi Idrus Marham kena KPK juga.
“Benar-benar dihantam badai besar. Nah Pak Airlangga menghadapi badai besar ini dan betapa luar biasa karena akhirnya bisa jadi pemenang kedua kursi DPR RI. Jadi yang menilai kepemimpinan AH gagal jelas sangat keliru dan tidak objektif,” kata Ketua Umum SMART Rudolfus Jack Paskalis dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (12/9).
Jack menjelaskan Airlangga menakhodai Golkar bukan dalam situasi normal sehingga capaian pada Pileg 2019 dalam waktu relatif singkat adalah sebuah prestasi luar biasa.
“Jadi melihatnya harus utuh. Justru kepemimpinan yang kuat itu teruji saat memimpin dalam kondisi badai besar dan kapal yang mungkin hampir karam bisa berlayar tegak sampai di tujuan. Itulah kepemimpinan Pak Airlangga. Dihantam dari banyak arah tetapi tetap bisa berdiri tegak," ungkap Jack.
Jack memahami betul bagaimana konsolidasi yang dilakukan Airlangga saat mulai memegang kendali di partai Golkar.
“Beliau keliling seluruh Indonesia, membangkitkan lagi semangat para kader, pengurus DPD I dan II, bangun komunikasi dengan tokoh senior partai, terobosan program yang sangat diminati masyarakat, dan utamanya adalah kepemimpinan beliau yang kuat, itulah yang akhirnya membawa Golkar tetap bertahan kokoh," ucap dia.
Terkait adanya kritik dari tokoh yang mengatasnamakan eksponen Ormas Tri Karya Golkar, terdiri dari SOKSI, Kosgoro 1957, dan MKGR yang menyebut kepemimpinan Airlangga gagal adalah salah alamat dan tidak berdasar serta terkesan pragmatis emosional.