SO 1 Maret, HB IX dan Sejarah Tersembunyi
jpnn.com - jpnn.com - Sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ternyata banyak yang tak terungkap secara utuh. Bahkan, beberapa sejarah sengaja disimpan.
Tapi, pergantian kekuasaan bisa membuat beberapa sejarah sebenarnya republik ini terkuak di permukaan. Salah satu contohnya adalah sejarah Serangan Oemoem 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Peristiwa perang selama enam jam di Yogyakarta itu sangat penting untuk eksistensi NKRI. Dari peristiwa itu, dunia internasional yang saat itu hampir saja mengakui klaim Belanda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada, akhirnya berbalik arah.
Peristiwa yang membuka mata dunia itu tak bisa dilepaskan dari peran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Jogja dan rajanya saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX. Meski dalam buku-buku sejarah tidak banyak dikupas, peran Keraton Yogya dan HB IX ternyata sangat besar dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia saat itu.
Bagi kerabat Keraton Yogya KR Jatiningrat, peran Sultan HB IX bagi Republik Indonesia sudah dimulai sejak 4 Januari 1946. Yakni ketika mempersilakan pemindahan ibu kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.
Bahkan, saat itu Keraton Yogya pula yang memfasilitasinya. Hal itu meneguhkan semangat Yogyakarta menjadi bagian Republik Indonesia.
“Dengan demikian jelas Sultan (HB IX) sudah memihak ke republik dengan segala konsekuensi kalau ada apa-apa, termasuk diserang Belanda, keraton dan seluruh rakyat Yogya siap menghadapinya,” katanya seperti diberitakan Jawa Pos Radar Joga.
Ancaman tersebut terbukti dua tahun berikutnya, ketika Belanda pada 19 Desember 1948 menyerang Yogyakarta sebagai ibu kota RI melalui Agresi Militer II. Karena serangan itu, Presiden Soekarno akhirnya ditawan Belanda.