Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

SO 1 Maret, HB IX dan Sejarah Tersembunyi

Selasa, 28 Februari 2017 – 22:33 WIB
SO 1 Maret, HB IX dan Sejarah Tersembunyi - JPNN.COM
Mendiang Sultan Hamengku Buwono IX dan HM Soeharto. Montase/ilustrasi: Radar Jogja

Sedangkan Jenderal Sudirman memilih melakukan perlawanan dengan bergerilya, sementara HB IX memilih tetap berada di Keraton Yogya. “HB IX tetap di Keraton itu supaya tetap bisa berhubungan dengan tentara dan rakyat,” tutur Jatiningraat yang akrab dipanggil dengan nama Romo Tirun.

Benar saja, agresi Belanda yang makin kuat membuat perlawanan dan semangat gerilyawan serta masyarakat mulai mengendur. Hal itulah yang akhirnya membuat HB IX mencetuskan ide untuk melakukan serangan ke markas Belanda pada 1 Maret 1949. Sasaranya adalah Hotel Tugu yang sekarang berada di timur Stasiun Tugu Jogja, yang merupakan markas pasukan Belanda.

Hotel Tugu jadi sasaran serangan dengan harapan untuk menarik perhatian wartawan internasional dari Komisi Tiga Negara yang saat itu menginap di Hotel Inna Garuda Jogja. Dari situlah eksistensi Indonesia bergema.

“Harapannya kan mereka tahu ternyata republik ini masih ada. Yang dikatakan Belanda pasukan tidak terkoordinir, liar, ternyata bisa terkoordinir dengan baik dan menyerang. Lha kan Komisi Tiga Negara langsung lapor ke PBB,” jelasnya.

Soal rencana SO 1 Maret 1949, Romo Tirun mengisahkan bahwa hal itu berawal ketika HB IX berkirim surat ke Panglima Sudirman yang saat itu tengah bergerilya di wilayah Jawa Timur. Melalui kurir bernama Tjokropranolo, akhirnya Sudirman membalas surat HB IX dan mempersilakan gubernur pertama di Provinsi DIY itu untuk melakukan serangan dengan segala risikonya.

“Pak Dirman juga meminta HB IX untuk berkoordinasi dengan Letkol Suharto, anak buah Pak Dirman yang ada di Kota Yogya,” jelasnya.

Sebelum SO 1 Maret terjadi, HB IX dan Letkol Suharto sempat dua kali bertemu. Romo Tirun mengisahkan bahwa ayahnya, GBPH Prabuningrat saat itu memfasilitasi pertemua dua tokoh yang kelak menjadi Persiden dan Wakil presiden Indonesia tersebut. 

Pertemuan pertama terjadi pada 14 Februari 1949. Letkol Suharto saat akan masuk Keraton diminta melaluo Pawon Prabeyo dan kemudian dijemput Prabuningrat. Keduanya lantas bertemu di Ndalem Prabuningratan.

Sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ternyata banyak yang tak terungkap secara utuh. Bahkan, beberapa sejarah sengaja

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News