Soal Diaspora, Indonesia Bisa Contoh Korsel dan Tiongkok
jpnn.com, JAKARTA - Diaspora Alabama A&M University USA Prof Deden Rukmana mengungkapkan, Indonesia bisa maju bila para diaspora mau kembali ke tanah air. Seperti yang dilakukan Korea Selatan, dalam 5-10 tahun mengejar ketertinggalannya tapi bisa berkembang pesat karena diaspora.
"Pemerintah Korea mengirimkan SDM-SDM terbaiknya ke luar negeri untuk belajar. Kemudian diasporanya kembali ke negaranya dan menularkan ilmunya. Ini sudah lama dilakukan Tiongkok, diasporanya yang membuatnya berubah menjadi negara raksasa," kata profesor asal Garut ini dalam diskusi buku “Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Dikti di Indonesia”, di Jakarta, Selasa (26/3).
Apa yang dialami dua negara tersebut, lanjutnya, bisa terjadi juga di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki banyak diaspora yang merupakan ilmuwan-ilmuwan hebat. Sayangnya, baru Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang peduli dengan diaspora.
"Apa yang dilakukan Kemenristekdikti dengan memanggil diaspora kembali ke tanah air menunjukkan negara hadir di tengah-tengah diaspora. Ini memberikan akses bagi diaspora untuk memberikan sumbangsih kepada negara," terangnya.
Dia menambahkan, research and development Indonesia masih di bawah karena itu harus bergerak naik ke atas. Salah satunya transfer teknologi itu sangat penting sehingga diaspora bisa menjadi agen perubahan.
"Kita punya ilmuwan-ilmuwan hebat di luar negeri tapi pemikirannya buat Indonesia. Ini yang harus dimanfaatkan," ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Prof. John Hendri mengatakan sejak hubungan pemerintah dengan diaspora terbentuk melalui program WCP dan SCKD, ada banyak peran serta impak yang telah didapatkan pemerintah dari kerja para ilmuwan diaspora selama ini. Salah satunya ialah peningkatan publikasi ilmiah Indonesia di jurnal internasional yang cukup signifikan.
“Keberadaan diaspora juga sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang ingin menuntut ilmu di luar negeri.” ujarnya.