Soal Pembukaan Sekolah, Fahira Idris: Selama Belum Aman Jangan Coba-coba
jpnn.com, JAKARTA - Sampai saat ini belum ada kapastian kapan aktivitas belajar mengajar di sekolah dibuka atau diaktifkan kembali. Hal ini karena hingga saat ini pandemi Covid-19 masih membayangi dan belum jelas kapan berakhir.
Berbagai wacana waktu pembukaan sekolah baik Juni, Juli, atau Desember 2020 yang selama ini muncul ke permukaan harus didasarkan pada satu indikator yaitu situasi sudah aman dan kondusif karena kita sudah mampu mengendalikan transmisi virus corona dan memastikan tidak akan terjadi risiko penularan impor dari wilayah lain.
Anggota DPD RI yang juga pemerhati pendidikan dan anak Fahira Idris mengungkapkan, apapun skenario pembukaan sekolah misalnya menggunakan sif agar antarsiswa ada physical distancing atau hanya sebagian sekolah yang dibuka, tidak akan efektif dan tetap berisiko selama wabah ini belum bisa dikendalikan.
Sekolah dan aktivitas belajar mengajar yang memang dirancang sebagai medium membangun komunikasi, dialog, interaksi dan relasi sosial antarsiswa, guru, dan lingkungan tidak akan berjalan efektif jika tetap dipaksa dilakukan di tengah pandemi yang belum terkendali saat ini.
“Untuk pembukaan sekolah, saya sangat memohon kepada semua para pengambil kebijakan untuk benar-benar memikirkan secara matang. Selama penyebaran virus ini belum bisa kita kendalikan dan suasana belum kondusif dan aman, jangan coba-coba membuka kembali aktivitas belajar di sekolah. Risikonya terlalu besar dan dikhawatirkan membuat kerja keras kita menanggulangi Covid-19 akan semakin berat,” ujar Fahira Idris di Jakarta (29/5).
Menurut Fahira, selain faktor keamanan dan kondusifitas, faktor psikologis dan kesiapan orang tua dan siswa juga perlu menjadi perhatian sebelum sekolah di buka.
Selama masa penanggulangan Covid-19 yang sudah berlangsung hampir tiga bulan ini, semua lapisan masyarakat mengalami dampak ekonomi serius terutama masyarakat berpenghasilan rendah.
Bagi orang tua yang anaknya tahun ini naik jenjang pendidikan dari TK ke SD, atau SD ke SMP dan SMP ke SMA/SMK tentunya harus menyiapkan banyak hal dan itu tidak mudah dilakukan di tengah pandemi yang masih berlangsung. Kondisi-kondisi seperti ini tentu berpengaruh kepada faktor psikologis orang tua dan siswa.