Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Soesilo Toer Doktor Pemulung Sampah, Dituduh PKI, Diarak (5)

Minggu, 15 April 2018 – 00:12 WIB
Soesilo Toer Doktor Pemulung Sampah, Dituduh PKI, Diarak (5) - JPNN.COM
Soesilo Toer, doktor ekonomi politik pemulung sampah, membaca koran Jawa Pos Radar Kudus. Foto: NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS

”Setiap tahun ada sekitar 1,5 juta manusia yang lahir sebagai ateis. Percaya atau tidak?” tanyanya. ”Semua manusia yang baru lahir tentu belum bertuhan. Mereka kemudian mencari Tuhan,” katanya.

Soes tidak percaya ada orang ateis di Indonesia. Termasuk dirinya dan Pram sekalipun. Perhatikan saja semua orang pernah berdoa. Mereka menyebut Tuhan dalam doanya.

”Oh Tuhan, kalau saya masih dibutuhkan, beri saya hidup. Kalau sudah tidak dibutuhkan, maka cabut nyawa saya sekarang.” Dia mengucapkan doanya itu di depan wartawan Jawa Pos Radar Kudus. ”Saya berdoa menggunakan bahasa Indonesia,’’ tambahnya.

Baginya, soal agama itu tergantung penafsiran orang. ”Saya agamanya apa?” dia malah bertanya. Wartawan Jawa Pos Radar Kudus menggeleng-geleng kepala. Bagi Soes, agama bukan perkara pakaian. Bukan pula perkara pemikiran. Tetapi hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Sifatnya intim.

Lantas agama Soes sebenarnya apa? Dia tertawa. Istrinya yang mendampingi hanya diam. Di KTP agama Soes tertulis Islam. ”Itu yang menulis kan petugas. Biar saja,” tutur lelaki yang pernah menjadi rektor di Universitas Bhakti Pertiwi, Bekasi, 1998.

Dia tidak mempermasalahkan agama di KTP itu meskipun lebih cocok Budha. Baginya ajaran Dharma sejalan dengan kehidupannya. Hal itulah yang memengaruhi perilaku spiritualnya. ”Kalau Pram Islam asli. Nah, kalau saya Islam turunan atau Islam KTP-lah,” terangnya cengengesan.

Istri Soes, Suratiyem yang saat itu memakai kerudung cokelat susu hanya tersenyum. Dia memastikan ateis itu hanya perkara sudut pandang orang. Meski awalnya sempat tidak terima, dia akhirnya terbiasa dan menganggap lumrah. Sesekali Suratiyem ikut pengajian kalau mendapat undangan dari tetangganya.

Dulu, Soesilo Toer sempat tidak hadir dalam acara tahlilan yang digelar tetangganya. Makanya dikira ateis. Padahal tidak. ”Sekarang sih tidak dibilang ateis lagi. Sebab, kadang-kadang ikut tahlilan. Ikut kumpul tetangga juga,” ungkap perempuan asli Sleman ini. (Bersambung/aji)

Soesilo Toer, doktor ekonomi politik yang merupakan adik Pramoedya Ananta Toer, pernah diarak massa dan diteriaki PKI, PKI!.

Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News