Soesilo Toer si Doktor Pemulung Sampah, Disindir Istri (3)
jpnn.com - Soesilo Toer, doktor ekonomi politik yang kini menjadi pemulung sampah, mewarisi bakat kakaknya Pramoedya Ananta Toer. Dia menulis sejak muda. Pernah mendapat honor satu tulisan setara gaji Pramoedya sebulan. Sampai kini pun dia masih menulis.
NOOR SYAFAATUL UDHMA, Blora
SIANG itu mendung tebal menutupi langit Blora. Hujan turun demikian lebatnya. Dalam waktu setengah jam halaman rumah Soesilo Toer di Jalan Sumbawa berubah menjadi kubangan. Yang terlihat hanya ujung-ujung semak yang tumbuh tak beraturan. Soesilo menerobos air itu. Badannya basah kuyup.
Dia memaksa pulang karena hendak menyambut tamu yang akan berkunjung ke rumahnya. Ternyata tamu tersebut malah sudah setengah jam menunggu. Soesilo menemui di ruang kerja. Kondisinya gelap. Lampu belum dinyalakan. Barang-barang nyaris tak kelihatan. Soes berusaha meraih colokan listrik (bukan saklar). Jleb. Byar.
Sebuah laptop usang kelihatan teronggok di depan Soes – panggilannya - yang duduk menghadap jendela. Di sampingnya berderet buku tertata rapi. Di bagian lain ratusan atau bahkan ribuan buku lain menumpuk berserakan. ”Dulu ini dapur. Sekarang jadi ruang kerja saya,’’ katanya.
Soes menganggap ruang kerja. Karena di situlah biasanya dia membaca buku dan menulis. Di situ pula dia melayani pembelian buku. Jangan dibayangkan kondisinya seperti ruang kerja di kantor.
Lebih mirip gudang. Tak ada barang yang tertata rapi kecuali deretan buku di sebelahnya. Itulah buku-buku karyanya yang masih dijual.
Sosilo adalah seorang penulis. Dia mendapat titisan bakat dari kakaknya Pramoedya Ananta Toer, santrawan yang karyanya diakui di seantero jagad. Sudah 20 buku diterbitkan.