Soesilo Toer Doktor Pemulung Sampah, Dituduh PKI, Diarak (5)
jpnn.com - Soesilo Toer, doktor ekonomi politik yang juga adik Pramoedya Ananta Toer, menderita sejak dijebloskan ke penjara sepulang dari Rusia. Stigma buruk terus menempel pada diri Soesilo Toer. Akibatnya dirasakan sampai sekarang.
NOOR SYAFAATUL UDHMA, Blora
Soesilo Toer tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya. Dia berdiri. Mau membuka ritsleting celana. Di depan wartawan Jawa Pos Radar Kudus. Tangannya yang keriput sudah memegang kepala ritsleting.
Istrinya Suratiyem seolah memberi restu. Dia tersenyum. Seandainya wartawan Jawa Pos Radar Kudus tidak keberatan dia betul-betul membukanya.
Eks tahanan politik (tapol) 1965 itu hendak mempraktikkan peristiwa yang pernah dialami. Tahunnya dia lupa. Yang pasti tidak lama setelah terjadi krisis moneter. Saat itu dia diarak massa. Disoraki PKI, PKI, PKI. ”Saya bilang saya bukan PKI. Kalau tak percaya, ini buktinya,’’ ujarnya.
Saat itu dia langsung membuka celana. Barangnya gondal-gandul. Menjadi tontonan massa. Termasuk ibu-ibu juga. ”PKI itu pakai kolor item. Saya kan nggak pakai kolor item,’’ ujarnya.
Dia masih berani bercanda di tengah massa yang beringas. Justru dengan candaan itulah massa akhirnya tenang. Kejadian itu masih membekas sampai kini.
Ceritanya, saat itu di Bekasi. Banyak orang menduduki tanah negara. Dia ikut-ikutan. Dia bikin rumah di atas tanah itu. Atas seizin pengguna tanah sebelumnya. Di situ pula dia membuka warung kelontong.