Solo Jadi Film Star Wars Terburuk di Era Disney
Dia mencatat, sebagian besar dari seribu orang yang disurvei comScore sangat suka dengan film tersebut. Raihan itu juga tecermin dari CinemaScore yang penilaiannya murni dari penonton.
Solo mendapat skor A- dari moviegoers yang sudah menontonnya. Namun, angka opening weekend yang kecil dan betapa media gencar memberitakannya mengakibatkan orang yang belum nonton jadi ogah.
Deretan angka di atas membuat Solo resmi disebut film yang flop. Terjun bebas. Pendapatannya paling minimalis jika dibandingkan dengan tiga installment Star Wars lain pada era Disney. Yakni, Star Wars: The Force Awakens (2015), Rogue One: A Star Wars Story (2016), dan Star Wars: The Last Jedi (2017).
The Last Jedi mengalami penurunan lebih tajam pada pekan kedua pemutarannya. Yaitu, 67,5 persen. Namun, tidak seperti Solo, film arahan Rian Johnson itu punya bekal pendapatan opening yang fantastis. Yakni, USD 220 juta (Rp 3,1 triliun). ’’Solo membuat rekor Star Wars bersama Disney tampak buruk,’’ tulis Emma Stefansky, kolumnis Vanity Fair.
Kita pun bertanya-tanya, kenapa performa Solo kalah jauh jika dibandingkan dengan Rogue One yang sama-sama proyek spin-off? Tokoh-tokoh Rogue One tidak kita kenal dan jajaran cast-nya pun bukan nama-nama besar. Sementara itu, Solo menceritakan masa muda Han Solo, tokoh dari trilogi orisinal yang sangat kita cintai.
’’Justru itu,’’ ulas kolumnis BuzzFeed Adam B. Vary. ’’Tak semua masa lalu tokoh perlu kita ketahui. Latar belakang Han sungguh tidak kita perlukan,’’ lanjutnya.
Seharusnya Disney berpikir ulang sebelum memaksa Lucasfilm menggeber proyek-proyek spin-off selanjutnya. Mereka merencanakan film solo Boba Fett, Lando Calrissian, dan Obi Wan Kenobi. Ouch. (CNN/NY Times/YHR/adn/c14/na)