Sosialisasi Kanker di Jagat Maya, Bikin Forum Anak
Dea baru terlibat secara langsung dalam gerakan tersebut pada 2009. Saat itu dia kerap berpartisipasi langsung dalam penyuluhan-penyuluhan kanker payudara. Dea juga membikin website gerakan Bidadari. Dia mengumpulkan artikel-artikel dari para dokter yang dikenalnya. ”Saya minta tolong ke mereka untuk bikin artikel seputar kesehatan, terutama kanker,” katanya.
Sejak itu Dea makin intens menyosialisasikan gerakan Bidadari. Baik lewat internet, ke teman-temannya, maupun ikut dalam penyuluhan kanker payudara komunitas Bidadari. Ketika penyuluhan berlangsung, Dea terlibat sebagai relawan yang membantu masalah teknis dan lainnya. Usianya yang belia dan masih sekolah membuat Dea belum memungkinkan jadi penyuluh.
Saat pendirian Museum Kanker Indonesia di Jalan Kayun pada 2013, Dea langsung membuat website-nya. Keahliannya di bidang teknologi informasi memang membantu Dea menyosialisasikan kanker dalam dunia maya.
Sebagai anggota keluarga yang mayoritas dokter, Dea tahu betul pentingnya sosialisasi di bidang kesehatan. Sebab, masih banyak yang belum sadar untuk berobat. Karena percaya mitos, banyak pula pasien kanker payudara yang tak mau dioperasi. Mereka takut mati.
Dea masih terkenang pengalaman salah seorang teman aktivisnya baru-baru ini. ”Saat saya cerita pengalaman kampanye pencegahan kanker payudara, dia menceritakan kisah ibunya,” ucap pengagum Nabi Muhammad, Ir Soekarno, dan Leonardo da Vinci tersebut.
Ibu teman Dea itu tak mau dioperasi. Dia lebih menggubris omongan tetangga yang bilang bahwa operasi justru memperparah kondisi. Ibu itu pun memilih pengobatan alternatif. Sampai meninggal. ”Padahal, kalau dokter menganjurkan operasi, berarti kankernya masih bisa diambil dan nyawanya masih bisa diselamatkan,” terangnya. Bukan hanya itu, masih banyak cerita getir lainnya yang membuat Dea merasa harus bergerak.
***
Nur Fatti Fazriati adalah pemenang Pemuda Pelopor Surabaya karena kiprahnya di dunia pendidikan. Mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut getol ’’menggarap’’ anak-anak.