Sowan Ulama Jawa Tengah, Gus AMI bahas Pemulihan Ekonomi Pasca-pandemi
Kendati demikian, Gus AMI menyebut bahwa perguruan tinggi pun bukan berarti optimal 100 persen. Menurut dia peran perguruan tinggi belakangan ini mati dan mengalami kemandegan produktifitas dan kreatifitas.
“Soal Covid-19 ini saya mendengar cuma dua kampus yang produktif. Satu UNAIR yang meracik obat. Yang satu lagi UGM membuat alat genose untuk mengukur tingkat penularan Covid-19. Kampus yang lain belum terdengar,” ungkap Gus AMI.
Selain recovery pendidikan, Gus AMI juga turut serta memperjuangkan recovery ekonomi, terutama UMKM dan pertanian. Menurutnya, recovery ekonomi mutlak harus dilakukan oleh pemerintah.
“Hari ini pertanian, tadi Kiai Muzammil cerita bahwa pertanian adalah idola, solusi mengatasi krisis. Dan kita harapkan bukan hanya di masa krisis, pertanian juga betul-betul menjadi solusi yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya.
Gus AMI juga menyatakan pentingnya pemerintah untuk sesegera mungkin memperkuat seluruh landasan kultural bangsa. Salah satu infrasturuktur penopang kultural bangsa adalah sejarah.
“Sejarah alhamdulillah dulu kita mengawal misalnya resolusi jihad. Kita bikin kirab dari Surabaya ke Jakarta. Lalu kita bersama pak Jokowi mengusung Hari Santri Nasional, kita juga mendorong film Sang Kiai. Itu saja masih penuh tantangan misalnya saat sejarah KH. Hasyim Asyari hilang dalam buku sejarah nasional kita,” tuturnya.
Oleh karena itu, Gus AMI menyebut fatwa para ulama terdahulu untuk berjam’iyyah mutlak harus dilakukan meski dalam lingkup kecil, agar bangsa Indonesia terkonsolidir dengan rapi dan penanganannya lebih siatematis.
“Dalam waktu dekat kita harus menyiapkan jejaring efektif, baik itu informasi, solidaritas atau ta’awun yang tidak boleh ketinggalan dalam setiap langkah kita,” tutup Gus AMI.