Srikandi, Sesepuh Komunitas Pasangan Kawin Campur di Indonesia
Dorong Perempuan Tak Kehilangan Jati Diri, Jaga Rumah Tangga Tetap AwetSenin, 14 Januari 2013 – 07:46 WIB
Dia mencontohkan, meskipun suaminya masuk Islam, tradisi Christmas tetap tidak bisa hilang. Jadi setiap tahun, mereka masih merayakannya walau sebatas memanggang kalkun dan makan bersama. "Kenang-kenang saja, tidak dari aspek agama," katanya. Saat ini, tak kurang dari 400-an perempuan kawin campur tercatat menjadi anggota Srikandi.
Ida Friggeri menuturkan banyak pasangan kawin campur gagal membina kelanggengan keluarga karena tidak siap mental. Bagi pasangan yang menjalin asmara di Indonesia biasanya segala sesuatu terasa serba manis di awalnya. "Maklum di kampung sendiri. Orang asing harus ikut adat istiadat setempat," terang perempuan kelahiran Jakarta, 10 Februari 1955, itu.
Begitu diboyong ke kampong suami di negara asing dengan perbedaan tradisi dan budaya yang tajam, segalanya berubah. Situasinya semakin parah kalau si perempuan ternyata tidak mampu berbahasa lokal secara baik. "Di sini ngomong gado-gado masih bisa. Kalau sudah di sana bagaimana" Makanya banyak terjadi masalah," katanya.