Strategi Indonesia Menghadapi Embargo Vaksin Dunia
Oleh: Azry Almi KalokoKebijakan India ini telah berdampak sangat besar bagi Indonesia, melalui komitmen yang telah disepakati sebelumnya, vaksin AstraZeneca yang diproduksi India seharusnya diberikan 11,7 juta dosis ke Indonesia.
Sebanyak 1,1 juta dosis telah diberikan pada Maret lalu dan sisanya seharusnya diberikan bulan ini. Namun, hanya terdapat 3,8 juta yang akhirnya sampai kemarin di Indonesia.
Berbicara tentang stok vaksin di Indonesia, telah dilakukan skema rencana, yakni per April ini ßeharusnya terdapat 7-10 juta dosis vaksin dari Biofarma, Mei-Juni nanti direncanakan suplai 50 juta dosis vaksin.
Pada Juni sendiri vaksin AstraZeneca dan Novovac akan dijadwalkan tersedia sebesar 30 juta dosis di Indonesia, lalu pada Juli, vaksin Sinovac, Novovac, Pfizer, dan AstraZeneca akan dikirim lagi sesuai kesekapatan yang diberlakukan.
Embargo vaksin menjadi ancaman nyata berbagai negara yang saat ini masih belum mampu memproduksi vaksin sendiri, termasuk Indonesia yang menjadi negara dengan vaksinasi tertinggi ketiga di Asia setelah China dan India.
Belum lagi persoalan ‘nasionalisme vaksin’ bagi sebagian negara yang memproduksi vaksin, dimana mereka ingin agar warga negaranya saja terlebih dahulu yang mendapatkan vaksin.
Hal ini sebenanya dikecam oleh WHO melalui pernyataan “vaccine nationalism harms every one and protect no one”, WHO berkali-kali mengatakan dengan keras bahwa tiap negara harus saling bahu-membahu untuk mewujudkan dunia bebas Covid-19. Jika hanya satu negara saja yang divaksin maka tidak akan ada gunanya karena virus akan selalu menular dari negara lain.
Dengan total lebih dari 160 juta jiwa yang masih harus divaksin, Indonesia harus mampu mengambil kebijakan yang solutif, diplomasi bilateral dan multilateral harus terus ditingkatkan demi pemenuhan vaksinasi.