Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Sukmawati

Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 27 Oktober 2021 – 14:05 WIB
Sukmawati - JPNN.COM
Sukmawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Maka dari itu tidak ada hal yang surprise dari tokoh di Bali menyematkan nama Ratu Niang Sukmawati. Niang itu adalah nenek sama dengan eyang putri karena beliau sudah punya cucu. Sukmawati adalah nama beliau. Kalau ratu ya dari memang keturunan bangsawan. Jadi tidak ada feodalism tapi suatu panggilan kehormatan," jelas Arya.

Publik juga tahu bahwa dari silsilah ibu kandung Sukmawati adalah keturunan tokoh mulsim Muhammadiyah di Sumatera Barat. Leluhur Sukmawati dari pihak ibu adalah bangsawan Sumatera Barat yang berkuasa menjadi sultan di Sumatera Barat sebelum era penjajahan Belanda.
Ibunda Sukmawati adalah Fatmawati binti Hasan Din, seorang wanita muslimah taat dengan garis nasab yang sangat terhormat.

Kakek Sukmawati dan neneknya, Chadijah, adalah tokoh gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah yang sangat dihormati di Sumatera Barat.
Silsilah kekuarga Fatmawati bersambung dengan penguasa-penguasa kesultanan besar di wilayah pesisir pantai Sumatera Barat.

Nasab silsilah Sukmawati dari garis ibu sangat mulia dan terhormat. Kalau Sukmawati mengatakan ingin kembali ke agama leluhurnya harus ditegaskan bahwa yang dimaksud adalah leluhur dari garis bapaknya.

Agama adalah masalah privat yang tidak seharusnya dijadikan komoditas politik dan pencitraan. Namun, di Indonesia agama menjadi konsumsi publik dan dijadikan sarana pencitraan diri dan sekaligus sarana mendegradasikan pihak lain. 

Clifford Geertz mengategorikan cara beragama orang Jawa ke dalam tiga kategori, santri, priyayi, dan abangan. Santri adalah mereka yang menjalankan syariat Islam, sementara abangan dan priyayi adalah muslim nominal yang beragama secara gado-gado, campuran Isalam, Hindu, dan mistisisme Jawa.

Kelompok abangan dan priyayi memeluk agama sebagai formalitas untuk mengisi KTP saja. Dalam praktik ritual sehari-hari mereka tidak melaksanakan salat, kecuali setahun sekali ketika Idulfitri.

Kelompok ini tidak mau melepas Islam karena alasan politis. Untuk bisa mendapatkan posisi politik yang tinggi seseorang harus mendapatkan legitimasi Islam secara formal. 

Upacara pindah agama yang dilakukan Sukmawati mungkin akan digoreng sebagai isu untuk mendegradasikan Islam politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close