Tafsir Baru Usep
Terjemahan Alquran versi Kang Usep ini sangat standar. Tidak ada pemikiran baru. Tidak ada tafsir yang berbeda. Termasuk untuk Almaidah 51.
Ini berbeda kalau saya melihat tafsir lain. Misalnya tafsir Quran berbahasa Jawa: Al Ibriz. Terbitan 1938. Oleh KH Bisri Mustofa. Kakek KH Mustofa Bisri dari Rembang itu.
Lihat kata ‘persasat’ di tafsir Almaidah ayat 51 di Al Ibriz itu. Kata ‘persasat’ memang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa Arab sangat kaya akan makna. Seperti juga bahasa Mandarin. Tafsir bahasa Jawa pasti bisa lebih pas dalam mengimbangi kekayaan bahasa Arab.
Lihat juga kata dalam bahasa Jawa ‘asih asihan’ di tafsir ayat itu. Sama sekali tidak berbau pilih-memilih pemimpin. Mungkin di tahun 1938 ketika tafsir Al Ibriz diterbitkan memang belum ada istilah ini: pilkada.
Saya juga pernah membaca tafsir Al Quran versi Iran. Yang saya beli saat saya ke Iran dulu. Artinya: versi Syi’ah.
Saya bisa menangkap nuansa yang berbeda dalam pemaknaan istilah. Sayang tafsir itu dipinjam orang. Dan saya lupa: siapa yang meminjam. Sudah begitu lama.
Namun tafsir Kang Usep yang khusus diperuntukkan cendekiawan ini benar-benar sangat standar. Lantas di mana letak kecendekiawanan tafsir ini?