Tahlil Hari Ke-40, Beber Konsep Pluralisme Gus Dur
Minggu, 07 Februari 2010 – 04:24 WIB
Menurut dia, Gus Dur lebih setuju pluralisme sosial yang cocok dikembangkan di tanah air. Sebab, di Indonesia ini terdiri atas bermacam suku dan budaya. Dengan semangat tersebut, seluruh suku dan budaya yang ada di negeri ini adalah baik. Gus Solah menegaskan, jika perbedaan tersebut tidak dijaga, Indonesia bisa pecah.
"Inilah yang tidak diinginkan oleh Gus Dur," jelas kiai kelahiran Jombang, 11 September 1942, itu.Pendapat Gus Sholah tersebut dipertegas KH Hasyim Muzadi. Ketua umum PB NU itu mengatakan, banyak pemikiran Gus Dur yang sulit dipahami umat. Akibatnya, banyak umat yang salah paham terhadap Gus Dur. "Salah satunya, ya konsep pluralisme tadi," ungkap Hasyim.
Menurut Hasyim, Gus Dur lebih memilih pluralisme sosial daripada pluralisme agama. Sebab, pluralisme sosial jelas dapat menguatkan sendi-sendi persatuan tanah air. Selain mengurai pemikiran Gus Dur, Hasyim membeber sejarah pemikiran Gus Dur. Hasyim menuturkan, pertama bertemu dengan Gus Dur sekitar 1975. Waktu itu, Gus Dur menjadi pengajar umat Kristen yang tergabung dalam GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan). Saat itu, pilihan Gus Dur tersebut menyulut para kiai. Menghadapi gunjingan tersebut, Gus Dur malah menganggap enteng. "Nanti kan mengerti sendiri," kata Hasyim menirukan jawaban Gus Dur waktu itu.