Tahu ada Mafia Migas, Sri Edi: Kenapa Jokowi Tetap Naikkan BBM?
jpnn.com - JAKARTA - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Profesor Sri Edi Swasono menyesalkan keputusan Presiden Joko Widodo yang tergesa-gesa menaikkan harga BBM. Seharusnya kata Sri Edi, Pemerintah menunggu hasil kerja tim pemberantasan mafia Migas yang dipimpin ekonom UI Faisal Basri.
Terlebih Presiden Joko Widodo tahu ada mafia Migas dan pasti ada biaya ekstra dalam pembelian dan distribusi Migas, mestinya jangan segera menaikkan harga BBM. Bereskan dulu mafianya.
"Putusan menaikkan harga BBM itu sama-sama perampokan kedaulatan ekonomi rakyat. Sudah tahu ada mafia Migas, tidak cepat disikat, tapi malah menaikkan BBM," kata Sri Edi dalam keterangan pers bersama Komite Kedaulatan Rakyat (KKR) di Jakarta, Selasa (2/12).
Menurut Sri Edi, jika tim yang diketuai Faisal Basri sudah melaporkan hasil kerjanya dan terbukti ada mafia migas yang membuat rantai BBM begitu mahal, maka harga BBM harus segera diturunkan kembali.
Di tempat yang sama, pengusaha nasional Poppy Dharsono membacakan pernyataan sikap KKR berjudul "Menagih Janji Trisakti".
"KKR menuntut, sebagai Wakil Presiden, Jusuf Kalla seharusnya lebih pro-aktif untuk menjaga kredibilitas pemerintahan dengan membatalkan kenaikan harga BBM," tegasnya.
Selain itu, KKR juga menuntut semua pihak baik di dalam maupun luar pemerintahan menggalang persatuan seluas-luasnya untuk memperjuangkan Trisakti bagi Indonesia baru.
Sementara mantan Kasal Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto menambahkan keputusan Presiden Jokowi mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM justru telah menciderai Trisakti Bung Karno yang menjadi ruh pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat ini yaitu berkepribadian dalam Kebudayaan, berdikari dalam ekonomi, dan berdaulat dalam politik.