Tak Ada Plus-Plus, Panti Pijat Terancam Bangkrut, Ayok Bang..Ke Kamar
jpnn.com - MEDAN - Bisnis spa and massage, atau sebut saja panti pijat, bak buah si malakama.
Sejatinya, usaha tersebut positif dari segi kesehatan. Namun saat ini, banyak panti pijat yang sudah berani menawarkan layanan plus-plus (begituan). Katanya, layanan ekstra itu memang ada karena ada permintaan. Kalau tak ada plus-plus, ya bangkrut lah. Benarkah?
Spa-spa dalam tanda kutip menyiapkan service plus-plus, bisa didapati di kawasan Jalan Biduk Petisah, Medan. Contohnya, sebuah tempat sederhana yang plangnya berinisial RS. Sebuah ruko, lantai dua berpintukan kaca yang tak tembus pandang.
Suasana panas di luar langsung adem begitu memasuki ruang utamanya. Senyum menawan wanita setengah baya langsung menyapa. Sementara 8 terapis berbaju seksi tak berhenti menggoda. "Duduk dulu mas, mau kusuk, spa atau sauna. Atau yang plus-plus?" tanya wanita yang biasa dipanggil terapisnya dengan sebutan mami itu.
Belum sempat menjawab, awak Pos Metro Medan (Grup JPNN) langsung dirayu beberapa wanita muda (terapis) yang mengenakan pakaian seksi. "Ayok bang, ke kamar," ajak salah satu terapis ngaku bernama Ayu.
Di dalam kamar yang disekat triplek itu, Ayu mengaku tak ahli memijat. Karena itu, ia menawarkan jasa layanan esek-esek. “Biasanya tamu datang kemari tujuannya memang gituan. Short time tarifnya cuma nambah Rp 150 ribu,” beber Ayu.
Karena memang tak berniat macam-macam, kru Pos Metro Medan hanya minta kusuk dengan tarif Rp 100 ribu.
Usai menyerahkan uang itu ke kasir, Pos Metro Medan sempat mewawancarai si pengawas spa. Mami mengaku punya 8 pekerja wanita (terapis) berusia 25 sampai 30 tahun. Para terapis itu rata-rata berdomisili di Medan dan Tanjung Morowa. “Rata-rata spa memang plus-plus. Kalau nggak gitu manalah laku. Bangkrutlah kita. Tau sama taulah,” ujarnya.